Jakarta (Indonesia Window) – Keserakahan atas harta dunia oleh negara-negara kuat dan hilangnya rasa perikemanusiaan telah membuat Umat Islam terimpit.
Sebagian besar di antaranya bahkan hidup dalam perang dengan risiko kehilangan nyawa, keluarga dan kerabat, kekurangan sandang dan pangan, dan terlunta-lunta.
Bukan merupakan faktor utama dalam menyelamatkan kehormatan Umat Islam, namun memperkuat ekonomi 1,7 miliar populasi Muslim di seluruh dunia bisa menjadi langkah awal dan nyata untuk memperkuat kaum Muslim secara global.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kuala Lumpur 2019 pada Kamis (19/12), Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mendesak negara-negara Muslim untuk mandiri dengan memproduksi produk mereka sendiri dan memanfaatkan 1,7 miliar pasar Muslim guna memperkuat ekonomi mereka.
Dia mengatakan negara-negara Muslim, yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, harus saling menopang guna menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh pasar Muslim, demikian laporan Kantor Berita Bernama yang dikutip di Jakarta, Jumat.
“Ketika kita melakukan itu, kita akan menjadi lebih kuat. Adalah penting bahwa kita belajar bagaimana menghasilkan sesuatu sendiri,” katanya dalam sesi meja bundar pertama bertema”Prioritas Pembangunan dan Tantangan”.
Turki, misalnya, telah mengembangkan sektor teknologi dengan memproduksi peralatan pertahanan terbaru, kata Mahathir.
PM Malaysia juga menekankan bahwa kerja sama yang kuat di antara negara-negara Muslim diperlukan untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam.
“Jika kita mengambil sumber dari hal-hal yang kita butuhkan dari negara-negara Muslim, maka jelas kekayaan kita akan tetap berada dalam komunitas Muslim sendiri dan kita menjadi lebih kaya,” katanya.
Mahathir juga mengingatkan Umat Islam bahwa negara mereka bisa lebih mandiri ketika mereka kuat dalam ekonomi.
“Jika kita terlalu menggantungkan segala sesuatu pada negara lain (terutama) dari barat, maka kita akan selalu bergantung, bukannya mandiri,” tuturnya.
KTT Kuala Lumpur adalah platform internasional bagi para pemimpin, intelektual, dan cendekiawan Muslim dari seluruh dunia untuk berdiskusi dan bertukar gagasan tentang isu-isu di dunia Islam.
Laporan: Redaksi