Banner

Kementerian ESDM-Gereja Katolik Ruteng kerja sama selesaikan isu sosial dalam eksplorasi panas bumi Wae Sano

Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Gereja Katolik Keuskupan Ruteng di Nusa Tenggara Timur (NTT) menandatangani nota kesepahaman guna menyelesaikan masalah sosial yang muncul dalam rencana eksplorasi panas bumi di Wae Sano, Kabupaten Manggarai Barat. (Kementerian ESDM)

Jakarta (Indonesia Window) – Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dan Gereja Katolik Keuskupan Ruteng di Nusa Tenggara Timur (NTT) menandatangani nota kesepahaman guna menyelesaikan masalah sosial yang muncul dalam rencana eksplorasi panas bumi di Wae Sano, Kabupaten Manggarai Barat.

Nota kesepahaman tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal EBTKE F.X Sutijastoto dan perwakilan Gereja Katolik Keuskupan Ruteng MGR. Siprianus Hormat pada Jumat (2/10), dalam keterangan Kementerian ESDM yang diterima di Jakarta, Kamis.

Kerja sama tersebut adalah komitmen bersama dalam merespon kecemasan dan keberatan sebagian masyarakat Wae Sano terhadap rencana proyek eksplorasi panas bumi di Wae Sano, salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sano Nggoang.

“Nota Kesepahaman ini disusun untuk menjadi payung kerja sama guna menjawab keresahan masyarakat lokal sekaligus mencari model pembangunan panas bumi yang mengedepankan aspek keamanan dan keselamatan warga serta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat,” ujar Sutijastoto.

Dia mengapresiasi Uskup Siprianus dan Gereja Keuskupan Ruteng yang turut mencari solusi komprehensif guna menyelesaikan masaalah tersebut.

Pola kerja sama dialog dan konstruktif antara Dirjen EBTKE dan Gereja Katolik Keuskupan Ruteng adalah yang pertama kali dibuat untuk proyek sejenis dan diharapkan dapat menjadi model di masa mendatang.

Pada kesempatan yang sama, Uskup Siprianus mengungkapkan, sebelumnya ada kekhawatiran masyarakat bahwa proyek tersebut dapat membahayakan keselamatan dan merusak ruang hidup mereka, seperti tanah, lahan pertanian, air, dan danau Wae Sano beserta ekosistemnya.

Rencana proyek tersebut juga menimbulkan ketegangan sosial di kalangan masyarakat setempat.

Uskup Siprianus menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada pemerintah pusat yang telah menanggapi dengan serius kecemasan masyarakat Wae Sano terhadap rencana eksplorasi panas bumi.

“Keuskupan Ruteng berkomitmen dengan teguh dan tulus untuk membantu pemerintah dan masyarakat menemukan solusi komprehensif terhadap persoalan panas bumi di Wae Sano yang membawa manfaat bagi semua pihak,” ujar Uskup Siprianus.

Dia menambahkan, pihak gereja berharap agar seluruh proses pembangunan berpola dialog-partisipatif dengan melibatkan masyarakat secara tulus dan jujur dalam proses yang transparan, obyektif dan rasional dan bertujuan memperbaiki kesejahteraan hidup mereka.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan