Pasukan Dukungan Cepat melakukan pemberontakan terhadap Angkatan bersenjata Sudan di berbagai lokasi di Khartoum, ibu kota Sudan, dan kota-kota lain pada Sabtu, 15 April 2023.
Jakarta (Indonesia Window) – Kementerian Luar Negeri Republik Sudan menyatakan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) yang berhasil menetralisir para pemberontak yang menderita kerugian besar dalam kehidupan dan peralatan, dan memaksa sejumlah besar pemberontak untuk menyerah, membubarkan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Siaran pers yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Republik Sudan yang diterima Indonesia Window dari Kedutaan Besar (Kedubes) Republik Sudan di Jakarta Selasa menyebutkan sejumlah besar pemberontak juga melarikan diri ke negara-negara tetangga setelah mendapat perlawanan dari pasukan SAF.
Sebagai akibat dari pemberontakan RSF, Kepala Dewan Kedaulatan dan Panglima Tertinggi mengeluarkan dekrit untuk membubarkan RSF dan menyatakannya sebagai kekuatan pemberontak, melawan negara, dan aksi mereka akan ditangani sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Di tengah-tengah konfrontasi yang sedang berlangsung dengan sisa-sisa pasukan RSF, Kementerian Luar Negeri Sudan memastikan bahwa SAF mengadopsi kode etik yang bertujuan mengurangi secara maksimal korban sipil, properti pribadi dan publik, meskipun langkah-langkah yang diambil mungkin memerlukan beberapa waktu untuk mengakahiri kendali RSF dari beberapa gedung-gedung pemerintah.
Ditambahkan, otoritas terkait di Sudan telah mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi misi diplomatik yang terakreditasi di Khartoum.
Pemberontakan oleh RSF terhadap SAF di berbagai lokasi di Khartoum, ibu kota Sudan, dan kota-kota lain terjadi pada Sabtu, 15 April 2023.
Serangan oleh RSF pada awalnya menyasar kediaman Kepala Dewan Kedaulatan yang terletak dekat dengan Markas Besar SAF.
Ironisnya serangan dilakukan pada hari yang sama saat pertemuan antara Kepala Dewan Kedaulatan dan Panglima Tertinggi RSF. Pasukan RSF berusaha merebut Istana, bandar udara dan kantor penyiaran televisi dan radio nasional.
Kementerian Luar Negeri Republik Sudan menyatakan penghargaannya atas upaya tulus oleh negara-negara Arab dan Afrika, serta masyarakat regional dan internasional untuk menenangkan situasi.
Ditekankan bahwa peristiwa yang sedang berlangsung adalah masalah internal yang harus diserahkan ke Sudan untuk mencapai penyelesaian yang diinginkan, jauh dari intervensi internasional.
Menurut kementerian itu, semua upaya mediasi nasional, regional dan internasional untuk meyakinkan kepemimpinan RSF berintegrasi ke dalam SAF tidak membuahkan hasil.
Laporan: Redaksi