“Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWP (Global Warming Potential) apabila memanfaatkan 20 persen dari luas total waduk Cirata.”
Jakarta (Indonesia Window) – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, akan memberikan kontribusi pada pencapaian Net Zero Emission (NZE) sebesar 245 GWh (gigawatt per hour) per tahun dan mengurangi emisi karbon sebesar 214.000 ton per tahun.
“Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWP (Global Warming Potential) apabila memanfaatkan 20 persen dari luas total waduk Cirata,” jelas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada peresmian PLTS Terapung Cirata oleh Presiden Joko RI Widodo di Purwakarta, Kamis (9/11).
Arifin menuturkan, pengembangan pembangkit solar fotovoltaik (photovoltaic/PV) skala besar ini bisa menjadi daya tarik industri untuk membuat bahan baku solar PV. “Harapannya nanti bahan baku bisa dikembangkan di Indonesia supaya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri)-nya bisa full,” ujarnya.
PLTS Terapung Cirata adalah hasil kerja sama Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yang melibatkan sub holding PLN Nusantara Power dan Masdar dari UEA.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Luar Negeri UEA Thani bin Ahmed Al Zeyoudi menyampaikan selamat atas beroperasinya PLTS Terapung Cirata dan berharap Indonesia dan UEA bisa melanjutkan kolaborasi yang semakin solid di masa mendatang.
“Proyek solar terapung Cirata merupakan tonggak sejarah bagi UEA untuk Indonesia dan Asia Tenggara karena menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara dan membuka potensi energi bersih Indonesia yang luar biasa besar,” ujar Al Zeyoudi.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan PLTS Terapung Cirata akan memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan wilayah Jawa dan Bali.
“PLTS Terapung Cirata menjadi etalase kerja sama global mewujudkan penurunan emisi dalam percepatan transisi energi menuju Net Zero Emissions pada tahun 2060,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Chief Executive Officer Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan terkait atas dukungannya sehingga PLTS Terapung Cirata dapat beroperasi.
“Kami sangat senang bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama kami dengan PLN telah beroperasi penuh dan mendukung tujuan energi terbarukan di Indonesia,” tandasnya.
Pembangunan proyek PLTS Terapung Cirata melibatkan pekerja dari warga sekitar sebanyak kurang lebih 1.400 orang.
Inovasi teknologi tinggi yang dipakai dalam proyek tersebut mampu mengatasi tantangan kedalaman waduk sedalam 80-100 meter, kemiringan 5-20 derajat, variasi level elevasi air waduk hingga 15 meter, dan penggunaan special design untuk anchoring dan mooring dengan dasar waduk yang berlumpur.
Selan itu, tarif listrik yang dihasilkan dari PLTS Terapung Cirata sangat kompetitif sebesar 5,8 sen dolar AS kWh, sehingga diharapkan akan menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dan membuat PLN lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap subsisdi atau kompensasi.
Pembangkit ini juga membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih bersih dan ramah lingkungan, bahkan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon.
Laporan: Redaksi