Banner

Kalangan guru di Singapura masuk dalam daftar pengguna AI paling aktif di bidang pendidikan

Foto menunjukkan area pameran Indonesia di paviliun kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam ajang Pameran China-ASEAN (China-ASEAN Expo) ke-22 yang berlangsung pada 17-21 September di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. (Xinhua/Zhao Huan)

Kalangan guru di Singapura tercatat sebagai salah satu pengguna kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) paling aktif di dunia dalam bidang pendidikan, dengan 75 persen di antaranya melaporkan bahwa mereka menggunakan AI untuk mengajar atau mendukung proses pembelajaran siswa.

 

Singapura, Singapura (Xinhua/Indonesia Window) – Kalangan guru di Singapura tercatat sebagai salah satu pengguna kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) paling aktif di dunia dalam bidang pendidikan, dengan 75 persen di antaranya melaporkan bahwa mereka menggunakan AI untuk mengajar atau mendukung proses pembelajaran siswa, demikian menurut sebuah survei lintas negara yang dirilis pada Selasa (7/10).

Sebagai perbandingan, rata-rata global hanya 36 persen, menurut Survei Internasional tentang Pengajaran dan Pembelajaran (Teaching and Learning International Survey) 2024 yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD), yang menganalisis aspek-aspek penting dari profesi mengajar guna membantu negara-negara meninjau kebijakan pendidikan.

Kalangan guru Singapura juga melihat manfaat nyata dalam penggunaan AI. Sekitar 82 persen setuju AI membantu mereka dalam merancang atau meningkatkan rencana pembelajaran, sementara 74 persen menyatakan AI membantu mengotomatisasi tugas-tugas administratif.

Survei itu melibatkan sekitar 3.500 guru dan kepala sekolah mereka di seluruh 145 sekolah menengah negeri dan 10 sekolah menengah swasta yang dipilih secara acak di Singapura.

Banner

Guru-guru di Singapura juga termasuk yang tertinggi secara global dalam mengadopsi pengajaran daring (online) dan hybrid (menggabungkan pengajaran daring dengan pengajaran tatap muka), dengan 81 persen bekerja di sekolah yang menawarkan pelajaran semacam itu pada bulan sebelum survei dilakukan.

“Meski awalnya pandemi COVID-19 yang mengharuskan para guru untuk cepat beradaptasi dengan pembelajaran di rumah, guru-guru kami sejak itu juga telah mengintegrasikan alat digital dalam praktik pengajaran mereka untuk membantu siswa menjadi pembelajar yang lebih mandiri dan mampu mengarahkan proses belajarnya sendiri,” papar pihak Kementerian Pendidikan Singapura.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan