Banner

Jumlah pencatatan pernikahan di China naik pada 2023

Pasangan suami istri berpose untuk difoto dengan akta pernikahan mereka di kantor pencatatan pernikahan di wilayah Kaiyang, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 22 Agustus 2023. (Xinhua/Yuan Fuhong)

Jumlah pencatatan pernikahan di China kembali meningkat pada 2023 setelah mengalami penurunan selama sembilan tahun berturut-turut, seiring upaya gigih negara tersebut untuk mengatasi tantangan populasi yang menua.

 

Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Data statistik resmi menunjukkan bahwa jumlah pencatatan pernikahan di China kembali meningkat pada 2023 setelah mengalami penurunan selama sembilan tahun berturut-turut, seiring upaya gigih negara tersebut untuk mengatasi tantangan populasi yang menua.

Menurut Buku Tahunan Statistik China 2024 yang belum lama ini dipublikasikan, China mendata lebih dari 7,68 juta pencatatan pernikahan pada 2023.

Sekitar 11,94 juta penduduk China menikah untuk pertama kalinya pada tahun lalu, naik 13,52 persen dari tahun sebelumnya dan menandai peningkatan pertama dalam jumlah pengantin baru di negara tersebut sejak 2014.

Sebuah analisis yang dilaporkan menyebutkan bahwa pasangan pengantin baru China menunda rencana pernikahan sebelumnya hingga 2023 karena pandemik COVID-19, yang merupakan salah satu faktor yang mendorong kenaikan angka pencatatan pernikahan.

Banner

Meningkatnya jumlah pencatatan pernikahan juga merupakan hasil dari upaya konsisten China untuk membina masyarakat yang ramah terhadap pasangan pengantin baru, dengan sejumlah daerah meluncurkan kebijakan insentif yang berbeda-beda.

Provinsi Zhejiang di China timur, misalnya, pada September memperpanjang cuti nikah berbayar dari tiga hari menjadi 13 hari, sementara Kota Lyuliang di Provinsi Shanxi, China utara, memperkenalkan regulasi yang menawarkan insentif sebesar 1.500 yuan atau sekitar 211 dolar AS bagi perempuan yang menikah pada usia atau di bawah usia 35 tahun.

Pertumbuhan jumlah pengantin baru umumnya dinilai sebagai prasyarat untuk membantu mendongkrak angka kelahiran, menurut Huang Wei, lektor kepala di National School of Development (NSD) di bawah Universitas Peking. Ini dapat berkaitan dengan kebijakan pendukung China, katanya lebih lanjut kepada Xinhua.

Sebagai salah satu negara berpopulasi terbesar di dunia, China mengalami tantangan demografi yang berat karena populasinya yang menua dengan cepat. Data resmi menunjukkan hampir 297 juta penduduk China berusia 60 tahun ke atas pada 2023, mencakup 21,1 persen dari total populasinya.

Untuk meningkatkan angka kelahiran, pekan lalu China meluncurkan serangkaian kebijakan pendukung baru, termasuk peningkatan layanan pendukung kelahiran anak, perluasan sistem perawatan anak, serta penguatan dukungan pendidikan, perumahan, dan pekerjaan, yang bertujuan untuk menumbuhkan masyarakat yang ramah terhadap kelahiran.

Pada 2013, China mengizinkan pasangan untuk memiliki anak kedua jika salah satu orang tuanya adalah anak tunggal. Pada 2016, negara itu mengizinkan pasangan untuk memiliki dua anak, secara bertahap menghapus kebijakan satu anak yang telah diterapkan selama beberapa dekade. Pada 2021, China mengumumkan dukungan untuk pasangan yang ingin memiliki anak ketiga.

Banner

*1 yuan = 2.200 rupiah

**1 dolar AS = 15.767 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan