Menhan Israel: Israel akan perluas operasi ke sebagian besar wilayah Gaza

Israel telah menghancurkan lebih dari 90 persen infrastruktur air dan sanitasi di Gaza, menghalangi kru teknis untuk mencapai jalur tersebut guna memperbaiki fasilitas yang rusak, menargetkan para pekerja yang sedang melaksanakan misi kemanusiaan mereka, serta memblokir pasokan listrik dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sumur dan pabrik desalinasi, dan masih banyak lagi.
Yerusalem/Gaza, Wilayah Palestina yang diduduki/Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Menteri Pertahanan (Menhan) Israel, Israel Katz, pada Sabtu (12/4) mengatakan bahwa Israel akan segera memperluas operasinya ke sebagian besar wilayah Jalur Gaza.
Dia menyampaikan kepada penduduk Gaza dalam sebuah pesan bahwa mereka harus mengungsi sehubungan dengan operasi-operasi yang akan segera dilakukan.
“Bagi mereka yang berminat, perlintasan secara sukarela ke beberapa negara juga akan dimungkinkan,” ujar Katz, merujuk pada proposal relokasi kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk penduduk Gaza, yang menurutnya “sedang diupayakan” oleh Israel sesuai dengan rencana Washington.
“Ini momen terakhir untuk menyingkirkan Hamas, membebaskan semua sandera Israel, dan mengakhiri perang,” ujar Katz.
Sebelumnya pada hari itu, Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah sepenuhnya mengepung Kota Rafah di Gaza selatan dengan merampungkan pembangunan “Koridor Morag”, sebuah rute di bagian selatan Jalur Gaza yang dirancang untuk memisahkan Rafah dan Khan Younis.
IDF menyatakan bahwa mereka akan memperluas kendali operasional atas koridor itu dan melakukan operasi “kontraterorisme” di area tersebut. Militer Israel, melalui penguasaan rute utama, telah mengubah area antara “Koridor Morag” dan “Koridor Philadelpi” yang berada di dekat perbatasan dengan Mesir menjadi bagian dari zona keamanannya.

Kemudian pada Sabtu yang sama, IDF mengeklaim bahwa Angkatan Udara mereka berhasil mencegat tiga roket yang ditembakkan dari Gaza ke arah Israel selatan.
Peluncuran roket tersebut memicu sirene di tempat-tempat terbuka yang berbatasan dengan Gaza, tanpa adanya korban jiwa, lanjutnya.
Menyusul peluncuran roket tersebut, juru bicara IDF berbahasa Arab, Avichay Adraee, dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa Israel “akan menyerang dengan kekuatan besar ke daerah mana pun tempat asal roket tersebut diluncurkan,” dan memerintahkan penduduk di wilayah Khan Younis untuk pindah ke arah barat menuju zona kemanusiaan yang “telah ditentukan” di kawasan Al-Mawasi.
Penduduk lainnnya juga sedang dievakuasi di Gaza utara, dan wilayah tersebut sedang diambil alih, bersamaan dengan perluasan zona penyangga militer di Koridor Netzarim di Gaza tengah, ujar Adraee.
Selain itu, pada Sabtu kemarin kantor media Gaza yang dikelola Hamas menyebutkan bahwa Israel telah menggunakan air sebagai “senjata perang” untuk melakukan “kejahatan pembunuhan massal secara perlahan” terhadap penduduk Gaza.
Media tersebut menuding Israel telah menghancurkan lebih dari 90 persen infrastruktur air dan sanitasi di Gaza, menghalangi kru teknis untuk mencapai jalur tersebut guna memperbaiki fasilitas yang rusak, menargetkan para pekerja yang sedang melaksanakan misi kemanusiaan mereka, serta memblokir pasokan listrik dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sumur dan pabrik desalinasi, dan masih banyak lagi.
Israel memblokir masuknya semua bantuan kemanusiaan ke Gaza sejak 2 Maret. Kemudian, pada 18 Maret, Israel mengakhiri gencatan senjata selama dua bulan dengan Hamas dan melanjutkan serangan udara dan darat yang mematikan di daerah kantong tersebut.
Pada Jumat (11/4), Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) mengeluarkan peringatan mendesak tentang persediaan bahan pokok yang semakin menipis di Gaza.
Serangkaian serangan baru Israel sejauh ini telah menewaskan 1.563 warga Palestina dan melukai 4.004 lainnya, kata otoritas kesehatan Gaza pada Sabtu, menambahkan bahwa jumlah korban tewas di daerah kantong itu sejak perang dimulai pada Oktober 2023 meningkat menjadi 50.933 orang, dengan 116.045 orang terluka.
Laporan: Redaksi