Banner

IoT berbasis ‘drone’ bantu pantau ekosistem Dataran Tinggi Qinghai-Tibet

Foto yang diabadikan pada 23 September 2021 ini menunjukkan antelop Tibet di tepi danau di Dataran Tinggi Changtang, yang terletak di Daerah Otonom Tibet, China barat daya. (Xinhua/Sun Ruibo)

Internet of Things berbasis drone digunakan dalam pengambilan data tentang satwa liar, fenologi, dan lingkungan yang dipantau di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.

 

Lanzhou, China (Xinhua) – Teknologi modern memungkinkan orang untuk lebih memahami Dataran Tinggi Qinghai-Tibet yang luas setelah para ilmuwan China menerapkan Internet of Things (IoT) berbasis drone ke dalam pemantauan ekosistemnya.

Sebuah sistem inovatif digunakan untuk mengambil data tentang satwa liar, fenologi, dan lingkungan yang dipantau di dataran tinggi yang luas dan terpencil itu melalui teknologi dan perangkat terintegrasi.

Sebuah tim peneliti gabungan telah meningkatkan sistem IoT berbasis drone sebelumnya dan secara inovatif mengintegrasikan sistem tersebut dengan sejumlah perangkat untuk pemantauan ekosistem, dan data tersebut diambil dari jarak jauh menggunakan drone.

Studi dan aplikasi inovatif ini mendukung transmisi data berefisiensi tinggi dari daerah terpencil, membantu memahami pemantauan ekosistem secara waktu nyata (real-time) dan perlindungan lebih lanjut di dataran tinggi tersebut, menurut Li Xin, seorang peneliti di Institut Penelitian Dataran Tinggi Tibet (Institute of Tibetan Plateau Research/ITP) yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).

Internet of Things berbasis drone
Seekor antelop Tibet terlihat di Cagar Alam Nasional Qiangtang di Daerah Otonom Tibet, China barat daya, pada 25 September 2021. (Xinhua/Jigme Dorje)

Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, yang dijuluki ‘Atap Dunia’ serta ‘Menara Air Asia’, sangat penting bagi ekologi dan lingkungan.

Pemantauan ekosistem secara waktu nyata sangat dinantikan untuk membantu memahami sepenuhnya interaksi kompleks kemajuan ekosistem di dataran tinggi tersebut. Hal ini dapat dicapai melalui penyebaran in situ beberapa perangkat, seperti stasiun cuaca otomatis untuk pemantauan variabilitas lingkungan serta kamera inframerah untuk dinamika populasi satwa liar dan pemantauan perilaku.

Namun, para ilmuwan masih menghadapi tantangan untuk mengumpulkan dan mentransmisikan data dalam jumlah besar di area ekstrem tanpa jaringan data publik.

Tim studi tersebut menyatukan para peneliti dari berbagai institusi, antara lain ITP, Universitas Teknologi Lanzhou (Lanzhou University of Technology), Universitas Lanzhou, serta Northwest Institute of Eco-Environment and Resources (NIEER) yang berada di bawah naungan CAS.

Para ilmuwan mengintegrasikan berbagai teknologi, seperti drone, IoT, dan perangkat pemantauan ekologi.

Hasil eksperimen mereka menunjukkan bahwa tingkat transmisi data antara relai drone dan terminal terestrial dapat mencapai 10 hingga 15 megabit per detik, sehingga memungkinkan pengiriman gambar dan video yang dipantau.

Mereka juga memperkenalkan strategi prioritas berbasis kekuatan sinyal yang dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk transmisi data antara relai drone dan terminal terestrial.

Mereka berhasil merealisasikan transmisi data jarak jauh berkecepatan tinggi berbasis drone dari data mengenai domba biru, pohon cemara, dan berbagai elemen lingkungan yang dipantau di Pegunungan Qilian di kaki utara Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.

Studi ini mengajukan solusi teknologi ilmiah baru untuk pengambilan data di daerah yang sangat terpencil, di mana jaringan publik darat tidak tersedia atau jauh dan sulit dijangkau, imbuh Li.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan