Industri matcha di Guizhou telah mengadopsi model pengembangan yang melibatkan perusahaan, koperasi, dan petani, dan model ini telah diterapkan di 22 wilayah.
Guizhou, China (Xinhua) – Para petani teh baru-baru ini disibukkan dengan kegiatan memetik teh musim semi di Jiangkou, Provinsi Guizhou, China barat daya, yang telah bertransformasi dari sebuah wilayah pertanian kecil menjadi pabrik super matcha kelas dunia.
Terletak di kaki Gunung Fanjingshan, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO, wilayah Jiangkou meliputi area seluas lebih dari 1.800 km persegi dan memiliki populasi lebih dari 200.000 jiwa.
Sekitar satu dekade lalu, area perkebunan teh di wilayah itu hanya seluas 333 hektare. Saat ini, area itu telah berkembang menjadi sekitar 10.666 hektare, dengan hampir seperlima area didedikasikan untuk produksi matcha, dan membentang di seantero Minxiao, Taiping, Minhe, Guanhe, dan Dewang.
Pada 2023, penjualan matcha di wilayah Jiangkou telah melampaui 1.000 ton, dengan total nilai produksi sebesar 200 juta yuan atau sekitar 29,17 juta dolar AS. Berbagai produk matcha wilayah itu dipajang di toko-toko minuman dan toko kue di berbagai kota di China. Produknya juga mencakup kosmetik dan produk kesehatan, sementara beberapa produk bahkan telah diekspor ke sejumlah negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Pada 2017, wilayah itu memperkenalkan perusahaan industri pertanian terkemuka yang membangun kawasan industri berstandar tinggi di sana, yang mempergunakan teknik-teknik produksi canggih dan cerdas.
Anak perusahaan dari Guizhou Gui Tea Group Co., Ltd. ini mampu memproduksi matcha yang memenuhi standar Eropa.
“Matcha berstandar Eropa merupakan produk unggulan perusahaan kami, yang dikenal dengan kandungan asam amino dan klorofilnya yang tinggi, serta bebas polusi, sehingga menjadi pilihan makanan yang sehat. Perusahaan ini juga telah mengembangkan lebih dari 20 jenis produk lainnya, termasuk matcha latte, mi matcha, dan sabun wajah matcha, yang sangat disukai oleh konsumen muda,” ujar Meng Zude, manajer umum anak perusahaan grup tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri matcha di Guizhou telah mengadopsi model pengembangan yang melibatkan perusahaan, koperasi, dan petani, dan model ini telah diterapkan di 22 wilayah. Hampir 100.000 petani teh telah mendapat manfaat dari inisiatif ini, yang telah membuahkan peningkatan pendapatan.
Wang Junde, seorang warga Desa Guakou, Bapan, merupakan salah satu penerima manfaat.
“Saya telah melihat industri teh di Guizhou menjadi semakin maju. Penghasilan saya dari pekerjaan yang berhubungan dengan teh meningkat dari tahun ke tahun,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia biasanya mendapatkan sekitar 70 hingga 80 yuan per hari, namun saat ini bisa mendapatkan lebih dari 100 yuan setiap hari dengan melakukan beberapa pekerjaan di perkebunan teh di dekat rumahnya.
Para pakar dan ahli agronomi meyakini bahwa Guizhou, yang terletak di dataran tinggi, memiliki keunggulan geografis dan iklim seperti ketinggian, lintang rendah, kawasan berkabut, dan sinar matahari yang terbatas yang ideal untuk menanam teh. Oleh karena itu, teh yang diproduksi di daerah ini berwarna hijau, ekologis, dan organik. Dikombinasikan dengan penerapan langkah-langkah pengendalian hama hijau yang meluas, produk teh Guizhou siap menyambut masa depan yang cerah.
*1 yuan = 2.247 rupiah
**1 dolar AS = 16.276 rupiah
Laporan: Redaksi