Jakarta (Indonesia Window) – Indonesia dan Inggris berencana untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di masa mendatang, kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.
Kerja sama joint investment tersebut akan memungkinkan kedua negara membangun fasilitas produksi baik di Indonesia maupun Inggris, kata Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi 2021 di Jakarta, Rabu.
Kerja sama joint investment tersebut diharapkan dapat memenuhi permintaan katoda dan sel baterai kendaraan listrik di Inggris dan Eropa.
Permintaan katoda dan material mentah di Eropa dan Inggris diperkirakan akan terus meningkat hingga 2030.
Nantinya, material baterai kendaraan listrik sampai prekursor baterai akan diproduksi di Indonesia melalui perusahaan joint investment Indonesia-Inggris.
Selanjutnya, material tersebut akan digunakan untuk memasok kebutuhan material untuk perusahaan pabrik katoda yang merupakan joint investment di Inggris.
Pasokan material dari Indonesia kemudian diekspor ke perusahaan joint investment di Inggris yang akan menjadi produsen katoda, sel baterai dan battery pack.
Alur pengolahan nikel dari bijih hingga menjadi baterai kendaraan listrik secara berurutan dimulai dari bijih nikel, nikel dan kobalt sulfat, prekursor baterai, katoda, sel baterai dan battery pack, ESS, stasiun pengisian daya hingga daur ulang.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melakukan pertemuan dengan sejumlah CEO perusahaan besar di Inggris.
Dari pertemuan yang digelar di sela-sela KTT Perubahan Iklim PBB ke-26 (COP26) tersebut, pemerintah mengantongi komitmen investasi sebesar 9,29 miliar dolar AS yang difokuskan pada investasi hijau (green investment).
Saat bertemu dengan kepala negara, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyampaikan ketertarikan Inggris untuk melakukan investasi di Indonesia dengan tujuan prioritas untuk mendukung transisi ekonomi Indonesia.
Inggris akan menyiapkan kredit ekspor yang dapat digunakan untuk mendukung kerja sama transisi ekonomi dengan Indonesia.
Laporan: Redaksi