Jakarta (Indonesia Window) – Kerja sama kelapa sawit berkelanjutan antara Indonesia dan Belanda akan diperluas, mencakup minyak nabati sehingga dapat berkontribusi dalam pencapaian sustainable development goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan.
Kerja tersebut didiskusikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada pertemuan dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte dan Menlu Belanda Sigrid Kaag di Den Haag pada Kamis (1/7), menurut keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut Retno, kerja sama kelapa sawit antara kedua negara sudah berlangsung sejak 2019 hingga 2023 senilai 5 juta euro (sekitar 85,9 miliar rupiah).
Kerja sama tersebut diterdiri atas program-program produksi kelapa sawit berkelanjutan bagi petani Indonesia di Sumatra dan Kalimantan, termasuk dukungan kepada petani kecil dalam memenuhi sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), yakni sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan berdasarkan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Di masa mendatang, kerja sama tersebut akan diperluas untuk mencakup minyak nabati lainnya dalam konteks kontribusi terhadap SDGs 2030.
Belanda merupakan salah satu importir terbesar kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa.
Sebanyak 15 persen ekspor Indonesia ke Belanda adalah kelapa sawit.
Laporan: Redaksi