Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pada tahun 2021, fotografer John Lenagan memotret nyamuk Aedes shehzadae saat mencari ngengat di Taman Nasional Kutini-Payamu (Iron Range) di Cape York, Queensland, Australia.
Foto tersebut memulai serangkaian penyelidikan terhadap koleksi nyamuk yang diadakan di lembaga penelitian dan museum di seluruh Australia hingga Museum Sejarah Alam di London.
Penemuan unik ini dimuat dalam Journal of Vector Ecology edisi Juni 2022.
Foto Lenagan bukan yang pertama kali Aedes shehzadae diamati di Australia—tetapi juga untuk kedua kalinya nyamuk ini tertangkap kamera secara resmi.
Penemuan itu mungkin tidak diperhatikan, seandainya foto itu tidak diunggah ke iNaturalist dan memicu minat para ilmuan.
Satu-satunya spesimen nyamuk ini diperoleh di Papua Nugini pada tahun 1934, hampir 90 tahun yang lalu, oleh ahli entomologi (ahli serangga) Inggris, Lucy Evelyn Cheesman, dan disimpan di Museum Sejarah Alam London.
Spesimen itu tersimpan begitu saja hingga pada tahun 1972, ahli entomologi Institut Malaria Pakistan M. Qutubiddin (nama depan belum dikonfirmasi) menamai nyamuk itu dengan nama putrinya.
Cheesman adalah seorang naturalis ulet yang mengumpulkan sekitar 70.000 spesimen serangga, tumbuhan, dan hewan untuk Museum Sejarah Alam selama ekspedisi ke Pasifik Barat Daya.
“Kami tidak tahu banyak tentang Aedes shehzadae. Kami bahkan tidak yakin apakah itu pendatang baru di Australia, atau belum pernah diamati sebelumnya. Kemungkinan besar itu tidak akan menimbulkan ancaman signifikan bagi halaman belakang kita,” ujar Lenagan.
Menurut dia, belum banyak informasi ilmiah tentang identitas nyamuk eksotis dan invasif ini.
“Kita terbiasa dengan nyamuk betina yang menggigit untuk mengambil darah, tetapi kita kurang tahu mengenai bunga yang para nyamuk hinggapi untuk membantu penyerbukan,” tutur Lenagan.
“Kita juga tidak tahu banyak tentang hewan pemakan nyamuk, jadi mungkin beberapa foto mereka yang tertangkap jaring laba-laba juga berguna,” imbuhnya.
Lenagan mengatakan, proyek sains yang melibatkan masyarakat luas (citizen science projects) dapat berkontribusi pada pemahaman tentang distribusi spesies asli dan invasif dengan cara yang berarti.
Jika Aedes shehzadae adalah segalanya, siapa pun yang memiliki kamera dan rasa ingin tahu dapat menjadi penemu spesies baru atau yang baru muncul.
Sumber: https://phys.org/
Laporan: Redaksi