Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Sejumlah ilmuwan China berhasil mengembangkan metode baru untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan asam lemak.

Teknik itu muncul setelah kelompok ilmuwan lain di China berhasil menyintesis pati dari karbon dioksida pada 2021, dan memberikan potensi baru untuk produksi makanan artifisial atau semiartifisial.

Para peneliti dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Elektronik China, Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, dan Akademi Ilmu Pengetahuan China menguraikan elektro-biosistem hybrid dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Catalysis pada Kamis (28/4).

Sistem tersebut menggabungkan elektrolisis karbon dioksida yang terpisah secara spasial dengan fermentasi ragi, yang secara efisien mengubah karbon dioksida menjadi glukosa dengan hasil yang tinggi.

Sistem tersebut juga menggunakan katalis tembaga berstruktur nano yang dapat secara stabil mengkatalisis asam asetat murni dari karbon dioksida, dan kemudian menggunakan ragi rekayasa genetika untuk menghasilkan glukosa in vitro dari asam asetat yang dihasilkan secara elektronik.

Banner

Metode itu juga terbukti mampu menghasilkan produk-produk lain seperti asam lemak menggunakan karbon dioksida, menurut penelitian tersebut.

“Proses ini dapat dipahami sebagai mengubah karbon dioksida menjadi cuka dan memberi makan ragi untuk menghasilkan glukosa dan asam lemak,” kata Zeng Jie, salah satu penulis korespondensi untuk makalah tersebut dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China.

Mendaur ulang karbon dioksida menjadi produk bernilai tambah menunjukkan kemungkinan menarik dari industri manufaktur yang didorong oleh konsep kelistrikan terbarukan dan peluang yang sangat belum termanfaatkan guna mengatasi masalah lingkungan serta mencapai ekonomi sirkular, kata para peneliti.

“Dengan reaktor elektrolit dan mikroorganisme yang berbeda, kita dapat menghasilkan pati, pigmen, atau obat-obatan di masa depan,” kata Xia Chuan, salah satu penulis korespondensi untuk makalah tersebut dari Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Elektronik China.

Sumber: Xinhua

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan