Bambu kian diminati berkat keuntungan ekonomi, inovasi, dan dampak lingkungan yang positif

Hutan bambu di China dapat mencapai pengurangan karbon sebesar 197 juta ton dan penyerapan karbon sebesar 105 juta ton setiap tahunnya.
Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Jembatan Hong Kong-Zhuhai-Makau sepanjang 55 km mencatatkan rekor perjalanan penumpang harian tertinggi pada Februari ini. Platform lanskap pulau artifisial yang menghubungkan jembatan tersebut berperan penting dalam mendukung pengoperasian harian dari jembatan-terowongan penyeberangan laut terpanjang di dunia itu.
Lantai platform lanskap pulau artifisial tersebut dipasang dengan menggunakan panel bambu luar ruangan bertoleransi tinggi, yang mencakup area seluas lebih dari 20.000 meter persegi.
Sejak jembatan ini dibuka pada 2018, panel komposit berbahan dasar bambu mampu bertahan dalam paparan sinar matahari, korosi air laut, dan topan.
China merupakan pembudi daya sekaligus produsen bambu yang penting di dunia. Pada 2023, nilai produksi industri bambu di negara itu mencapai 541 miliar yuan, dan nilai ekspornya melampaui 16 miliar yuan, menurut Science and Technology Daily.
*1 yuan = 2.234 rupiah
Bambu yang ramping, industri yang makmur
Di wilayah Tongzi di Kota Zunyi, Provinsi Guizhou, sebuah provinsi yang memiliki banyak gunung di China barat daya, seorang pembudi daya bambu skala besar bernama Jin Xiaofang menyewa lahan hutan seluas 26,67 hektare, dengan pendapatan tahunan melampaui 300.000 yuan.
Berkat industri bambu, Jin dapat membangun kehidupan yang layak bagi keluarganya.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan industri bambu telah berkontribusi dalam peningkatan kemakmuran para petani dan revitalisasi desa di China. Semakin banyak petani di berbagai provinsi seperti Zhejiang, Fujian, Jiangxi, dan Guizhou berhasil keluar dari kemiskinan berkat tanaman ini.
Sumber daya, area, dan volume persediaan bambu di China menempati peringkat teratas di dunia. China juga memiliki industri bambu skala besar, baik dalam hal produksi maupun perdagangan produk bambu, menurut harian itu.
Saat ini, area hutan bambu China melebihi 6,67 juta hektare, dan hampir 50 juta penduduk desa memperoleh manfaat dari sumber daya bambu.
Bambu terkenal dengan kekuatan, ketahanan, dan biodegradabilitas yang tinggi, menjadikan materi komposit berbahan dasar bambu cocok untuk berbagai jenis penerapan. China memiliki puluhan ribu varietas produk bambu, termasuk kerajinan anyaman bambu, produk serat bambu, dan produk arang bambu.
“Saat ini, mayoritas sumber daya bambu di dunia tersebar di negara-negara berkembang,” kata Lou Zhichao, associate professor di Universitas Kehutanan Nanjing. Dia juga mengatakan bahwa China memiliki keunggulan kompetitif dalam pemrosesan bambu.
Lou menuturkan bahwa sudah pasti China akan menemukan cara untuk memanfaatkan sumber daya bambu dengan sebaik-baiknya.
Pada 2023, China mengeluarkan rencana aksi tiga tahun untuk mempercepat pengembangan “bambu sebagai pengganti plastik”. Rencana ini menargetkan untuk meningkatkan pemanfaatan bambu secara komprehensif sebesar 20 persen pada 2025.
Inovasi menghasilkan dekarbonisasi
Sejumlah studi menunjukkan bahwa bambu tumbuh dengan cepat dan memiliki efek penyerapan karbon yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pohon lainnya.
“Hutan bambu dapat menyerap karbon dioksida 1,46 kali lebih banyak dibandingkan hutan cemara,” jelas Wang Jin, sekretaris jenderal asosiasi industri bambu Provinsi Zhejiang. Hutan bambu di China dapat mencapai pengurangan karbon sebesar 197 juta ton dan penyerapan karbon sebesar 105 juta ton setiap tahunnya.
Lou Zhichao dan tim risetnya mulai mengembangkan teknologi bambu yang diolah dengan karbon rendah pada 2016. Hingga saat ini, mereka telah mengembangkan teknik pirolitik ringan yang baru, perekat rendah aldehida dan rendah fenol, serta metode evaluasi untuk jejak karbon produk bambu di sepanjang siklus hidupnya.
“Teknik pirolitik ringan yang baru ini dirancang untuk mengurangi lebih dari separuh suhu dan waktu pengolahan panas, serta memangkas konsumsi energi,” kata Lou.
Teknik ini dapat menghilangkan nutrisi secara menyeluruh dan retensi selulosa nondestruktif di dalam bambu.
Selain itu, Universitas Kehutanan Nanjing membangun basis data penghitungan jejak karbon untuk produk bambu, yang mencakup 12 daerah setingkat provinsi dan enam jenis teknologi pengolahan bambu.
Pencapaian ini diharapkan dapat mendorong pengembangan produk bambu China yang rendah karbon di pasar kelas atas.
Lou mengakui bahwa industri bambu China harus mendukung lembaga penelitian dan perusahaan dalam pengembangan bersama produk bambu, teknologi dan peralatan pengolahan bambu.
Sementara itu, Lou menyerukan partisipasi aktif dalam merumuskan standar internasional industri bambu dan penjenamaan produk bambu China.
Laporan: Redaksi