Jakarta (Indonesia Window) – Minyak beragam pada akhir perdagangan Jumat (29/4) atau Sabtu pagi WIB, karena para pedagang menilai risiko pada sisi penawaran dan permintaan, dengan harga yang didukung oleh kekhawatiran pasokan Rusia yang akan terus terganggu perang di Ukraina. Di sisi lain, China tidak menunjukkan tanda-tanda melonggarkan penguncian COVID-19.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 1,75 dolar atau 1,6 persen, menjadi menetap di 109,34 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni kehilangan 67 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup di 104,69 dolar AS per barel.
Untuk pekan ini, WTI dan patokan minyak mentah global masing-masing naik 2,6 persen dan 2,5 persen, berdasarkan kontrak bulan depan dan membukukan kenaikan bulanan kelima berturut-turut. Brent mengakhiri bulan dengan kenaikan 1,3 persen, sementara WTI berakhir melonjak 4,4 persen.
Reaksi pasar di atas terjadi setelah kenaikan tiga hari berturut-turut untuk minyak berjangka, dengan kontrak minyak mentah AS dan Brent masing-masing naik 3,3 persen dan 2,2 persen pada Kamis (28/4).
“Kenaikan sejak kemarin disebabkan oleh meningkatnya kemungkinan embargo minyak Uni Eropa terhadap Rusia sekarang karena Jerman telah berhenti menentang tindakan seperti itu, seperti yang dilaporkan media kemarin,” kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Jumat (29/4), dikutip dari Xinhua.
Perwakilan Jerman untuk lembaga-lembaga Uni Eropa mencabut keberatan atas embargo penuh pasokan Rusia asalkan Berlin diberi cukup waktu untuk menemukan pasokan alternatif, The Wall Street Journal melaporkan pada Kamis (28/4), mengutip pejabat pemerintah.
Berita itu menghidupkan kembali kekhawatiran atas pasokan yang ketat.
Sementara itu, pedagang terus mempertimbangkan dampak COVID-19 terhadap prospek permintaan bahan bakar karena ada faktor permintaan bearish yang membayangi.
China tidak menunjukkan tanda-tanda pelonggaran tindakan penguncian yang telah memukul ekonomi dan rantai pasokan globalnya.
Laporan: Redaksi