Banner

Fokus Berita – Harga telur di AS kembali melonjak di tengah wabah flu burung dan inflasi

Foto yang diabadikan pada 5 April 2022 ini menunjukkan telur-telur yang dijual di sebuah pasar swalayan di Millbrae, California, Amerika Serikat (AS). Wabah flu burung H5N1 yang sangat patogen telah menyerang lebih dari 20 negara bagian di AS, menyebabkan harga telur melambung tinggi. (Xinhua/Li Jianguo)

Harga telur, bahan pokok rumah tangga di Amerika Serikat (AS) dan salah satu bahan makanan paling fluktuatif, kembali melonjak seiring dengan merebaknya wabah flu burung yang menyerang populasi ayam di seluruh AS.

 

Sacramento, Amerika Serikat (Xinhua) – Harga telur, bahan pokok rumah tangga di Amerika Serikat (AS) dan salah satu bahan makanan paling fluktuatif, kembali melonjak seiring dengan merebaknya wabah flu burung yang menyerang populasi ayam di seluruh AS.

Konsumen seperti Jane Thompson, seorang penduduk yang tinggal di Sunnyvale, California, merasakan dampaknya.

“Saya membeli telur setiap pekan untuk keluarga saya. Telur adalah bahan makanan yang penting bagi kami,” ujar Thompson saat berbelanja di gerai Costco pada Ahad (7/7). “Baru dua pekan lalu, saya membayar 3,78 dolar AS untuk dua lusin, dan sekarang harganya 4,99 dolar AS.”

Seorang manajer di gerai Costco, yang tidak menyebutkan namanya, mengatakan kepada Xinhua bahwa harga telur fluktuatif baru-baru ini. “Harga telur berubah setiap pekan atau bahkan setiap hari,” ujarnya.

Banner

Dalam beberapa pekan terakhir, konsumen AS menghadapi kenaikan harga bahan makanan sehari-hari, dengan telur dan selada mengalami kenaikan paling signifikan sejak awal tahun ini, menurut laporan Forbes yang mengutip data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Data dari indeks harga konsumen menunjukkan lonjakan 9,5 persen pada harga telur dari November tahun lalu hingga Mei. Simon M. Shane, seorang dokter hewan unggas sekaligus adjunct professor di North Carolina State University, mengaitkan kenaikan tersebut dengan wabah Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang sedang merebak.

HPAI, yang umum dikenal sebagai flu burung, telah membinasakan populasi ayam di seluruh AS, dengan perkiraan 20 juta hingga 22 juta ekor ayam mati, tulis Shane dalam sebuah analisis yang diunggah di laman situs egg-news.com pada Rabu (3/7).

“Hampir 13 juta ekor ayam mati dalam kuartal keempat 2023 yang belum sepenuhnya tergantikan. Pada April 2024, hampir 8,4 juta ekor ayam mati, dengan tambahan 5,7 juta ekor pada Mei,” tulis Shane.

Dia menambahkan bahwa akibatnya, total inventaris industri turun 4 persen secara keseluruhan menjadi 1,53 juta kasus pada pekan terakhir bulan Juni.

Banner

Layanan Penelitian Ekonomi (Economic Research Service/ERS) Departemen Pertanian AS melaporkan temuan serupa dalam Prospek Pangan 2024 mereka, dengan mengatakan bahwa “wabah HPAI yang mulai merebak pada 2022 berkontribusi pada peningkatan harga telur dengan mengurangi populasi ayam petelur AS.”

Setelah harga telur mencapai puncaknya pada Januari 2023, harganya menurun atau stabil sepanjang 2023. Namun, konfirmasi baru kasus HPAI di ayam petelur yang dimulai pada November 2023 mendorong kenaikan harga pada akhir 2023 dan awal 2024. Pada Mei 2024, harga telur di tingkat peternakan 97,6 persen lebih tinggi dibandingkan Mei 2023, menurut laporan ERS yang diperbarui pada 25 Juni.

“Wabah HPAI yang sedang merebak terus memengaruhi populasi ayam petelur, dengan dampak harga yang fluktuatif,” menurut laporan itu, seraya menambahkan bahwa harga telur merupakan “kategori yang paling fluktuatif” yang dilacak oleh ERS.

Shane memperingatkan bahwa ke depannya wabah HPAI masih belum pasti, dengan adanya kasus-kasus sporadis pada unggas di peternakan rumahan dan peternakan sapi perah yang menimbulkan kekhawatiran.

Selain telur, harga selada juga melonjak hingga 10,3 persen dari November 2023 hingga Mei 2024, menurut laporan Forbes. Kenaikan harga ini terutama disebabkan oleh kondisi cuaca yang buruk di California dan Arizona, daerah penghasil selada yang sangat penting.

Negara-negara bagian di wilayah barat, lokasi sebagian besar selada ditanam, sedang berjuang dengan pasokan air dan biaya tenaga kerja, serta sifat budi daya selada yang padat karya, ditambah dengan kenaikan upah minimum di California, semakin berkontribusi pada kenaikan harga, kata Dawn Thilmany, seorang profesor ekonomi pertanian di Colorado State University, seperti dikutip Forbes.

Banner

Indeks harga konsumen keseluruhan, yang merupakan indikator utama inflasi, naik 0,2 persen dari April hingga Mei 2024 dan 3,3 persen dibandingkan dengan Mei 2023.

Sementara itu, menurut laporan ERS, harga-harga makanan naik 2,1 persen secara tahunan (year on year), dengan pembelian di toko kelontong naik 1 persen dan pembelian di restoran naik 4 persen.

Menjelang pemilihan umum pada November mendatang, inflasi dan kenaikan biaya menjadi perhatian utama para pemilih. Sebuah jajak pendapat terbaru dari perusahaan riset Ipsos mengungkapkan bahwa 49 persen pemilih swing state, atau negara bagian dalam pemilihan presiden AS yang berpotensi dimenangkan oleh salah satu kandidat, menganggap inflasi sebagai isu paling mendesak yang dihadapi negara itu.

*1 dolar AS = 16.291 rupiah

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan