Banner

Dimethyl ether energi alternatif LPG

Ilustrasi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pemanfaatan Dimethyl Ether (DME) yang dapat digunakan sebagai energi alternatif selain “Liquified Petroleum Gas” (LPG) atau gas alam cair di sektor rumah tangga. (Photo by Ayesha Firdaus on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pemanfaatan Dimethyl Ether (DME) yang dapat digunakan sebagai energi alternatif selain Liquified Petroleum Gas (LPG) atau gas alam cair di sektor rumah tangga.

Selain bisa dihasilkan dari batubara, DME juga bisa diperoleh dari gas bumi, biomassa, limbah, dan Coal Bed Methane (CBM) atau lapisan batubara yang mengandung metana, menurut pernyataan Kementerian ESDM yang dikutip di Jakarta, Rabu.

Sejak menggantikan minyak tanah, kebutuhan LPG terutama untuk keperluan rumah tangga kian meningkat hingga mencapai 96 persen sehingga berdampak pula pada tingginya impor bahan bakar tersebut yang mencapai 75 persen.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ESDM Dadan Kusdiana mengatakan persoalan keseimbangan pasokan dan cadangan LPG dapat diatasi melalui pemanfaatan Dimethyl Ether (DME).

Dia menjelaskan, karakteristik DME baik sifat kimia maupun fisika mirip dengan LPG.

“Karena mirip makanya kita bisa menggunakan infrastruktur LPG yang ada sekarang, seperti tabung dan penyimpanan,” ujar Dadan.

DME memiliki kandungan panas (calorific value) sebesar 7.749 Kcal/Kg, smentara kandungan panas LPG senilai 12.076 Kcal/Kg.

Meskipun demikian, DME memiliki massa jenis yang lebih tinggi sehingga dalam perbandingan kalori antara DME dengan LPG sekitar 1 : 1,6.

“Artinya 1 liter LPG sama dengan 1,2 liter DME,” jelas Dadan.

Dari segi lingkungan DME lebih ramah dibandingkan LPG karena mudah terurai di udara sehingga tidak merusak lapisan ozone dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20 persen.

“Kalau LPG, per tahun menghasilkan emisi 930 kilogram karbondioksida. Dengan DME hitungannya akan berkurang menjadi 745 kilogram karbondioksida. Ini sejalan dengan upaya global menekan emisi gas rumah kaca,” kata Dadan.

Sementara itu, kualitas nyala api yang dihasilkan DME lebih biru dan stabil, tidak menghasilkan partikulat matter (pm) dan NOx, serta tidak mengandung sulfur.

DME merupakan senyawa eter paling sederhana yang mengandung oksigen dengan rumus kimia CH3OCH3 yang berwujud gas sehingga proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dibandingkan LPG.

Keunggulan lain dari DME adalah potensi bahan bakunya lebih variatif dan mudah diperoleh di dalam negeri.

“Kita perlu meningkatkan basis energi yang sumber bahan bakunya ada di dalam negeri. Jadi, ada multiplier effect yang bisa kita dapat secara nasional,” tutur Dadan.

Kementerian ESDM melalui Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM telah menyelesaikan uji terap DME 100 persen di Kota Palembang dan Muara Enim, Sumatera Selatan pada Desember 2019 – Januari 2020 dengan melibatkan 155 kepala keluarga dan secara umum dapat diterima oleh masyarakat.

Sebelumnya, pada 2017 uji terap DME 20 persen, 50 persen, dan 100 persen dilakukan di Kecamatan Marunda, Jakarta kepada di 100 rumah tangga.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan