Jakarta (Indonesia Window) – Peneliti Taiwan telah mengembangkan alat uji untuk mendeteksi kasus COVID-19 yang berpotensi parah hanya dalam dua menit, dan kini dalam tahap uji klinis, kata ketua tim peneliti pada Selasa (30/6), menurut laporan Kantor Berita Taiwan (CNA).
Purwa rupa dari alat uji cepat itu dikembangkan oleh Universitas Nasional Tsing Hua dan Rumah Sakit Umum Tri-Layanan, kata profesor di Institut Teknik Biomedis, Cheng Chao-min.
Tim peneliti bekerja sama dengan rumah sakit Italia dan lembaga medis untuk melakukan uji klinis uji, tutur Cheng, seraya menambahkan bahwa mereka juga telah mengajukan aplikasi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat untuk penggunaan darurat dari alat uji berdasarkan hasil uji klinis, katanya.
Menurut dia, dibandingkan dengan kasus COVID-19 ringan, pasien dengan infeksi parah memiliki kadar interleukin serum (IL-6) yang secara signifikan lebih tinggi, sebuah sitokin (protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel) yang memicu kekebalan tubuh dan respon inflamasi untuk melawan infeksi.
Uji dua menit tersebut bekerja dengan mengukur kadar IL-6 dalam serum manusia dan dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi pasien yang lebih mungkin terinfeksi COVID-19 yang parah, kata Cheng.
Dua garis merah pada alat uji berarti tingkat tinggi IL-6, sehingga menandakan kemungkinan infeksi COVID-19 yang parah, sementara satu garis merah berarti tingkat IL-6 yang rendah dan kemungkinan gejala ringan, terangnya.
Cheng melanjutkan, tingkat IL-6 yang tinggi dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh mulai menyerang dirinya sendiri, melepaskan badai sitokin, dan hal ini berkaitan dengan kematian sejumlah pasien COVID-19.
Orang yang biasanya mengalami gejala mirip influenza ringan pada tahap awal COVID-19 dapat dengan cepat menjadi sakit parah, sehingga penting untuk mengidentifikasi mereka yang cenderung terinfeksi COVID-19 yang parah untuk mencegah kematian, kata Cheng.
Sementara itu, Wang Yung-chih, seorang dokter di Departemen Obat Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Tri-Layanan dan anggota tim peneliti Cheng, mengatakan bahwa uji IL-6 dapat membantu mengidentifikasi respon inflamasi parah pada pasien COVID-19. Hal ini demikian membantu dalam penilaian kebutuhan untuk intubasi (memasukan tabung endotrakeal melalui mulut atau hidung untuk menghubungkan udara luar dengan kedua paru) dan ventilasi mekanis.
Dalam sebuah pernyataan, Universitas Nasional Tsing Hua mengatakan pihaknya berharap dapat bekerja sama dengan sektor bisnis untuk memproduksi alat uji tersebut secara masal.
Laporan: Redaksi