Banner

Sekolah-sekolah Iran serukan “pemberantasan” Israel, sebut AS “setan”

Bendera Iran terlihat di markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York pada 8 Januari 2020. (Foto dokumentasi Xinhua)

Buku teks sekolah Iran berisi seruan “perang total melawan Israel sampai benar-benar diberantas,” dan menggambarkan AS sebagai “setan, musuh para Nabi, dan Al-Quran.”

 

Jakarta (Indonesia Window) – Sekolah-sekolah di Iran menyerukan “pemberantasan” Israel, dan menganggap Amerika Serikat (AS) sebagai “setan” (satanic enemy), menurut sebuah studi baru-baru ini tentang buku teks dan kurikulum sekolah di negara tersebut.

Banner

Studi oleh Institute for Monitoring Peace and Cultural Tolerance in School Education (IMPACT-se), yang diterbitkan bulan lalu itu menemukan bahwa kurikulum Iran menyerukan “perang total melawan Israel sampai benar-benar diberantas.”

“Keberadaan Israel menghalangi upaya Iran untuk menghegemoni kawasan itu. Penghancuran Israel disajikan baik sebagai cita-cita, dan sebagai tujuan yang realistis. Penghancuran Israel digambarkan sebagai langkah menuju keselamatan dunia,” menurut laporan tersebut, yang menganalisis lebih dari 100 buku teks dari tahun akademik 2021-2022.

Buku teks sekolah Iran menggambarkan AS sebagai “setan, musuh para Nabi, dan Al-Quran,” menurut laporan itu.

Banner

Para siswa diajari untuk tidak mempercayai “orang asing” dan kurikulumnya “penuh dengan retorika anti-‘orang asing’,” menurut laporan itu.

“Ada alur dalam buku teks Iran yang menanamkan rasa paranoia pada siswa ketika berbicara tentang “orang asing” … Kurikulumnya penuh dengan retorika anti- “orang asing”. Siswa diberi latihan di mana mereka harus menyusun strategi untuk melawan rencana asing untuk menggulingkan Islam.”

Revolusi Islam Iran 1979 “diajarkan sebagai model untuk semua negara,” dan “pemerintah Arab digambarkan tidak sah,” kata laporan itu.

Banner

Satu buku teks berjudul “Sejarah Iran Kontemporer,” yang diperuntukkan bagi siswa kelas 11, di antaranya berisi pujian untuk Ikhwanul Muslimin dan pendirinya Hassan Al-Banna, laporan itu menemukan.

Buku teks sekolah Iran itu menggambarkan Al-Banna sebagai salah satu “para ahli teori era baru dan gelombang Kebangkitan Islam saat ini”, bersama dengan mantan Pemimpin Tertinggi Iran Ruhollah Khomeini.

Al-Banna “menolak peradaban Barat dan bertindak dalam kerangka prinsip-prinsip Islam dan menghidupkan kembali Quran dan Sunnah. Ikhwanul Muslimin tidak diragukan lagi adalah gerakan intelektual paling orisinal dalam Kebangkitan Islam Sunni di era saat ini,” bunyi halaman 251 dari buku teks itu.

Banner

Laporan tersebut juga menemukan bahwa “identitas inti nasionalistik rasial-Iran dipupuk dalam kurikulum.”

“Orang Iran digambarkan memiliki akar Arya. Kekejaman Nazi sering diremehkan, sementara prestasi mereka dipuji,” kata laporan itu, menambahkan, Holocaust diabaikan.

“Kurikulum Iran tidak mencakup pengajaran dalam bahasa apa pun selain bahasa Persia, terlepas dari fakta bahwa sekitar setengah dari bahasa ibu penduduk bukan bahasa Persia,” kata laporan itu.

Banner

“Diskriminasi terhadap bahasa dan budaya minoritas tetap lazim dalam kurikulum … Keragaman budaya diakui, tetapi hanya pada tingkat folkloristik.”

Sumber: Al Arabia

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan