Jakarta (Indonesia Window) – Bank Indonesia (BI) akan memperluas kerja sama penerapan Local Currency Settlement (LCS) atau mata uang lokal dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
“Penerapan LCS akan terus kami kembangkan terutama di kawasan karena banyak mitra aktivitas perekonomian kita di kawasan. Jadi kita akan berfokus di kawasan,” kata Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi dalam webinar bertema “Dampak Penerapan LCS Diperluas, Bagaimana Nasib Rupiah?”, Kamis.
Sejauh ini belum ada informasi tentang negara Asia Tenggara mana yang akan diajak BI untuk menjalin kerja sama penerapan LCS. Namun Doddy mengatakan, BI akan mengutamakan negara di kawasan Asia Tenggara yang menjadi mitra dagang dan investasi utama Indonesia.
Dia menerangkan bahwa kerja sama LCS bersifat timbal balik, sehingga BI tidak mungkin menyasar negara yang tidak memerlukan kolaborasi di bidang ini.
Doddy mengapresiasi kesepakatan kerja sama yang terjalin sebelumnya dengan China dan Jepang, karena kedua negara ini memiliki mata uang yang kuat.
Di masa mendatang, Indonesia akan memperkuat penerapan LCS dengan kedua negara tersebut, beserta Malaysia dan Thailand yang telah menyepakati kerja sama di bidang yang sama.
“Kita akan terus memperkuat (kerja sama ini) karena potensinya masih banyak. Dengan Jepang, transaksi dengan LCS masih kurang dari lima persen dari total perdagangan. Dengan Malaysia dan Thailand juga masih empat dan lima persen, tapi trennya meningkat terus,” jelas Doddy.
Pada semester I 2021, porsi penggunaan LCS dalam transaksi perdagangan antara Indonesia dan Malaysia mencapai 2,8 persen, dengan Thailand mencapai 0,8 persen, dan dengan Jepang mencapai 3,4 persen.
BI belum memiliki data penerapan LCS dalam aktivitas perdagangan dan investasi antara Indonesia dan China karena kerja sama penerapan LCS kedua negara baru dimulai pada 6 September 2021.
Laporan: Redaksi