Banner

China produksi polimer ‘biodegradable’ yang bisa turunkan emisi CO2 65 persen

Foto dari udara yang diabadikan pada 12 Agustus 2021 ini menunjukkan Yulin Chemical Co Ltd, anak perusahaan China Energy Investment Corporation, di Provinsi Shaanxi, China barat laut. (Xinhua/Zhang Bowen)

Bahan poligikolida biodegradable buatan Yulin Chemical Co Ltd. dapat diuraikan oleh mikroba di beberapa jenis lingkungan seperti tanah dan air laut tanpa menimbulkan kerugian terhadap lingkungan.

 

Beijing, China (Xinhua) – Sebuah perusahaan kimia China mulai memproduksi bahan kimia poligikolida (PGA) yang dapat terurai secara alami (biodegradable) dan dapat menurunkan emisi CO2 (karbon dioksida) sekitar 65 persen, demikian disampaikan oleh surat kabar Science and Technology Daily pada Selasa (20/9).

Yulin Chemical Co Ltd., anak perusahaan China Energy Investment Corporation, di Provinsi Shaanxi, China barat laut, pada Senin (19/9) mulai mengoperasikan lini produksi berbasis batu bara dengan kapasitas tahunan 50.000 ton PGA.

PGA dapat diuraikan oleh mikroba di beberapa jenis lingkungan seperti tanah dan air laut tanpa menimbulkan kerugian terhadap lingkungan. Bahan kimia itu dapat dijadikan produk pengemasan makanan seperti kantong plastik sekali pakai, kotak makan siang, dan sedotan.

PGA juga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi material untuk eksploitasi minyak dan gas, serta benang bedah dan bone scaffold untuk keperluan medis.

Banner

Dibandingkan dengan plastik poliolefin biasa, produksi PGA berbasis batu bara dapat memangkas konsumsi batu bara sekitar 50 persen dan emisi CO2 sekitar 65 persen, serta meningkatkan nilai tambah industri hingga dua atau tiga kali lipat dengan biaya produksi yang sama.

Konservasi

Selain memproduksi bahan kimia yang ramah lingkungan demi menurunkan CO2 di alam, China juga telah berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim melalui Solusi Iklim Alami (Natural Climate Solutions/NCS) sejak tahun 2000 hingga 2020.

Upaya tersebut mencapai 600 juta ton CO2 ekuivalen setiap tahunnya, mengimbangi 8 persen dari rata-rata emisi CO2 fosil tahunan pada periode yang sama, menurut studi yang belum lama ini diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change.

NCS mencakup strategi pengurangan karbon seperti menanam pohon serta merestorasi padang rumput, lahan basah dan lahan pertanian.

Untuk pertama kalinya, para ilmuwan dari China, Prancis, Amerika Serikat, dan Inggris memperkirakan kapasitas mitigasi historis China dari proyek-proyek konservasinya pada periode 2000-2020.

Banner

Hasilnya sejalan dengan temuan pada 2019 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Sustainability yang menunjukkan bahwa setidaknya 25 persen ekspansi vegetasi sejak awal 2000-an secara global terjadi di China, berdasarkan data dari satelit NASA.

Kontribusi China terhadap tren penghijauan global secara signifikan datang dari inisiatif konservasi dan perluasan hutan negara tersebut, menyumbangkan sekitar 42 persen dari total kontribusi penghijauan.

Sekitar 64 juta hektare pohon telah ditanam di China dalam satu dekade terakhir. Cakupan hutan di negara itu kini mencapai 23,04 persen, naik 2,68 poin persentase dari tahun 2012.

Dalam studi terbaru itu, para peneliti juga memprediksi potensi di masa depan pada periode 2020-2030 dan 2020-2060 melalui konservasi, restorasi, dan penyempurnaan manajemen hutan, lahan pertanian, padang rumput, dan lahan basah.

Potensi mitigasi yang dapat dicapai China pada tahun 2020-an diperkirakan mencapai 600 juta ton, level yang serupa dengan yang dicapai di Amerika Serikat dan jauh lebih tinggi dibandingkan di Kanada, menurut penelitian tersebut.

Ditambahkan pula bahwa sejak 2020 hingga 2060, NCS di China dapat membantu mengamankan lebih dari 1 miliar ton CO2 ekuivalen.

Banner
Bahan poligikolida biodegradable
Foto dari udara yang diabadikan pada 22 Agustus 2021 ini menunjukkan pemandangan hutan pertanian Saihanba di Provinsi Hebei, China utara. (Xinhua/Jin Haoyuan)

Sejumlah langkah awal yang diambil oleh China untuk mencegah erosi tanah dan meningkatkan panen biji-bijian ternyata menguntungkan bagi mitigasi iklim, kata Lyu Nan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS), yang merupakan penulis utama makalah tersebut.

Manajemen irigasi di sawah mengurangi emisi metana, sementara penghematan pupuk nitrogen mengurangi emisi nitrogen oksida, imbuh Lyu. Metana dan nitrogen oksida adalah gas-gas rumah kaca yang penting.

“Potensi pengurangan karbon melalui teknologi berkurang karena biayanya terus meningkat,” kata Fu Bojie, penulis korespondensi makalah tersebut dari CAS.

“Namun, NCS dapat memainkan peran yang semakin signifikan dalam mencapai target netralitas karbon,” imbuh Fu.

China mengumumkan akan berusaha mencapai puncak emisi karbon dioksida pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan