Banner

Ilmuwan: Air dalam debu asteroid beri petunjuk kehidupan di Bumi

Foto yang diabadikan pada 18 November 2020 ini menunjukkan langit yang bertabur bintang di atas Danau Nianhu di wilayah Huize yang terletak di Kota Qujing, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua/Hu Chao)

Air dalam debu asteroid ditemukan dari analisis 5,4 gram batu dan debu yang dikumpulkan oleh wahana Hayabusa-2 dari asteroid Ryugu, yang berjarak sekitar 300 juta kilometer dari Bumi.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Bintik-bintik debu yang diambil oleh pesawat luar angkasa Jepang dari asteroid sekitar 300 juta kilometer dari Bumi telah mengungkapkan komponen yang mengejutkan: setetes air, kata para ilmuwan Jumat (23/9).

Penemuan ini menawarkan dukungan baru untuk teori bahwa kehidupan di Bumi berasal dari luar angkasa.

Temuan air dalam debu asteroid ini merupakan penelitian terbaru yang dipublikasikan dari analisis 5,4 gram batu dan debu yang dikumpulkan oleh wahana Hayabusa-2 dari asteroid Ryugu.

“Tetesan air ini memiliki makna yang besar,” kata ilmuwan utama Tomoki Nakamura dari Universitas Tohoku kepada wartawan menjelang publikasi penelitian di jurnal Science pada hari Jumat.

“Banyak peneliti percaya bahwa air dibawa (dari luar angkasa) tetapi kami benar-benar menemukan air di Ryugu, asteroid dekat Bumi, untuk pertama kalinya.”

Hayabusa-2 diluncurkan pada tahun 2014 dalam misinya ke Ryugu, dan kembali ke orbit Bumi dua tahun lalu untuk menjatuhkan kapsul yang berisi sampel.

Kargo berharga itu telah menghasilkan sejumlah wawasan, termasuk bahan organik yang menunjukkan beberapa blok bangunan kehidupan di Bumi dan asam amino, yang mungkin telah terbentuk di luar angkasa.

Penelitian yang diterbitkan pada Jumat itu menyebutkan bahwa tim menemukan setetes cairan dalam sampel Ryugu “yang merupakan air berkarbonasi yang mengandung garam dan bahan organik,” kata Nakamura.

Hal tersebut memperkuat teori bahwa asteroid seperti Ryugu, atau asteroid induknya yang lebih besar, dapat “menyediakan air, yang mengandung garam dan bahan organik” dalam tabrakan dengan Bumi, terang Nakamura. “Kami telah menemukan bukti bahwa (proses) ini mungkin secara langsung terkait dengan, misalnya, asal usul lautan atau bahan organik di Bumi.”

Tim Nakamura, yang terdiri atas sekitar 150 peneliti – termasuk 30 dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, dan China – adalah salah satu tim terbesar yang menganalisis sampel dari Ryugu.

Sampel telah dibagi di antara tim ilmiah yang berbeda untuk memaksimalkan peluang penemuan baru.

Kensei Kobayashi, seorang ahli astrobiologi dan profesor emeritus di Universitas Nasional Yokohama yang bukan bagian dari kelompok penelitian, memuji penemuan tersebut.

“Fakta bahwa air ditemukan dalam sampel itu sendiri sangat mengejutkan,” mengingat kerapuhannya dan kemungkinan hancur di luar angkasa, katanya kepada AFP.

“Itu menunjukkan bahwa asteroid mengandung air – dalam bentuk cairan dan bukan hanya es – dan bahan organik mungkin telah dihasilkan di air itu,” ujar Kensei Kobayashi.

Sumber: AFP

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan