Banner

COVID-19 – WHO: Kelompok penasihat mungkin kesempatan terakhir temukan asal virus

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers di Jenewa, Swiss, Rabu (13/10/2021). (WHO/YouTube/tangakapan layar)

Jakarta (Indonesia Window) – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu (13/10) bahwa kelompok penasihat yang baru dibentuk tentang patogen berbahaya mungkin merupakan “kesempatan terakhir kami” untuk menentukan asal-usul virus SARS-CoV-2 dan mendesak China untuk memberikan data dari kasus-kasus awal.

Kasus pertama COVID-19 dilaporkan di Kota Wuhan di China bagian tengah pada Desember 2019. China telah berulang kali menolak teori bahwa virus itu bocor dari salah satu laboratoriumnya dan mengatakan bahwa kunjungan ke lokasi ini tidak diperlukan lagi.

Sebuah tim yang dipimpin WHO menghabiskan empat pekan di dan sekitar Wuhan awal tahun ini dengan para ilmuwan China, dan menyatakan dalam laporan bersama pada bulan Maret bahwa virus itu mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain. Namun, penelitian lebih lanjut masih tetap diperlukan.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, penyelidikan terhambat oleh kelangkaan data mentah yang berkaitan dengan hari-hari pertama wabah dan telah meminta diadakannya audit laboratorium.

Pemimpin teknis WHO untuk COVID-19, Maria van Kerkhove, menyuarakan harapan bahwa akan ada misi internasional lebih lanjut yang dipimpin WHO ke China dengan melibatkan kerja sama negara tersebut.

Orang-orang yang memakai masker kesehatan berjalan di pasar-pasar pada bulan-bulan awal wabah COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei pada 8 Februari 2021.

Dia mengatakan pada konferensi pers bahwa “lebih dari tiga lusin studi yang direkomendasikan” masih harus dilakukan untuk menentukan bagaimana virus berpindah dari spesies hewan ke manusia.

Pengujian antibodi China yang dilaporkan pada penduduk Wuhan pada 2019 akan “sangat penting” untuk memahami asal-usul virus, kata van Kerkhove.

WHO, dalam sebuah editorial di Science, mengatakan bahwa penyelidikan terperinci dari kasus-kasus paling awal yang diketahui dan dicurigai di China sebelum Desember 2019 masih diperlukan, termasuk analisis sampel darah yang disimpan dari 2019 di Wuhan dan pencarian retrospektif data rumah sakit dan kasus kematian sebelumnya.

Laboratorium di daerah di mana laporan pertama infeksi manusia muncul di Wuhan harus menjadi fokus, karena mengesampingkan kecelakaan memerlukan bukti yang cukup, tutur van Kerkhove.

Pakar darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan panel baru mungkin merupakan kesempatan terakhir untuk menetapkan asal usul SARS-CoV-2.

WHO berusaha untuk “mengambil langkah mundur, menciptakan lingkungan di mana kita dapat kembali melihat masalah ilmiah”, katanya. “Ini adalah kesempatan terbaik kita, dan ini mungkin kesempatan terakhir kita untuk memahami asal usul virus ini.”

Sementara itu, Duta Besar China untuk PBB di Jenewa, Chen Xu, mengatakan pada konferensi pers terpisah bahwa kesimpulan dari studi bersama itu “cukup jelas”, menambahkan bahwa karena tim internasional telah dikirim ke China dua kali, “sudah waktunya untuk mengirim tim ke negara lain.”

“Saya percaya bahwa jika kita akan melanjutkan penelitian ilmiah, saya pikir itu harus menjadi upaya bersama berdasarkan sains, bukan oleh badan intelijen,” kata Chen.

Sumber: Reuters

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan