Laporan ADB juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan lebih tinggi, sebesar 4 persen di akhir 2022 dibandingkan dengan proyeksi ADB pada April 2022 sebesar 3,6 persen, akibat tingginya harga komoditas.
Jakarta (Indonesia Window) – Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia telah menaikkan proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk tahun 2022 dari 5,0 persen menjadi 5,2 persen, menjadi cerminan permintaan domestik dan ekspor yang kuat.
Revisi proyeksi itu disebutkan dalam suplemen Asian Development Outlook (ADO) Juli 2022 yang baru dirilis.
“Kegiatan ekonomi di Indonesia terus berangsur normal, sedangkan infeksi COVID-19 masih terkendali, terlepas dari naiknya jumlah kasus belakangan ini,” kata Direktur ADB untuk Indonesia Jiro Tominaga dalam pernyataan di Jakarta, Kamis, dikutip dari Kantor Berita Antara.
ADB melaporkan bahwa aktivitas ekonomi di Tanah Air terus normal dan infeksi COVID-19 tetap terkendali. Perbaikan dalam pekerjaan, pendapatan, dan kepercayaan diri memicu konsumsi swasta, sementara permintaan yang sehat dan kredit yang meningkat mendorong investasi swasta.
Namun demikian, kebijakan fiskal menjadi kurang mendukung karena pengeluaran terkait pandemik berkurang.
Harga yang lebih tinggi untuk ekspor komoditas utama, seperti batu bara, minyak sawit, dan nikel, menghasilkan pendapatan ekspor tak terduga dan pendapatan fiskal, lebih dari mengimbangi subsidi fiskal yang lebih tinggi untuk bahan bakar, listrik, dan makanan.
Revisi perkiraan proyeksi pertumbuhan Indonesia dalam suplemen ADO ini juga selaras dengan naiknya proyeksi pertumbuhan Asia Tenggara. Untuk kawasan ini, ADB membuat proyeksi pertumbuhan Indonesia sebanyak 5 persen pada 2022, atau naik dari proyeksi pada April sebesar 4,9 persen.
Laporan ADB juga memperkirakan inflasi di Indonesia akan lebih tinggi, sebesar 4 persen di akhir 2022 dibandingkan dengan proyeksi ADB pada April 2022 sebesar 3,6 persen, akibat tingginya harga komoditas.
“Peningkatan inflasi menurunkan daya beli rumah tangga, tetapi tingginya harga sejumlah komoditas ekspor utama mendatangkan keuntungan berupa penghasilan ekspor dan pendapatan fiskal, sehingga memungkinkan pemerintah untuk memberi bantuan di tengah kenaikan harga pangan, listrik, dan bahan bakar, sambil tetap mengurangi defisit anggaran,” kata Tominaga.
Sementara itu, untuk 2023, ADB memproyeksikan perekonomian Indonesia akan tumbuh stabil sebesar 5,3 persen dan inflasi dapat kembali turun pada kisaran 3,3 persen.
Laporan: Redaksi