Banner

Pakar Turkiye sebut “kepulangan massal” pengungsi Suriah sulit terjadi saat ini

Warga Suriah menunggu untuk memasuki kembali wilayah Suriah dari Turkiye di Gerbang Perlintasan Cilvegozu di Distrik Reyhanli, Hatay, Turkiye, pada 10 Desember 2024. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Kepulangan massal warga Suriah ke negara asal mereka dalam waktu dekat ini pasca-tumbangnya rezim Bashar al-Assad masih sulit terjadi.

 

Ankara, Turkiye (Xinhua/Indonesia Window) – Seorang pakar Turkiye menepis kemungkinan terjadinya “kepulangan massal” warga Suriah ke negara asal mereka dalam waktu dekat ini pasca-tumbangnya rezim Bashar al-Assad.

Metin Corabatir, kepala Pusat Penelitian Suaka dan Migrasi yang berbasis di Ankara, mengungkapkan bahwa meskipun ribuan warga Suriah saat ini sudah kembali ke tanah air mereka, masih ada risiko gejolak keamanan dan minimnya layanan publik dasar di negara itu.

“Perekonomian di Suriah telah runtuh, sehingga beberapa orang lebih memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan,” kata Corabatir, yang bekerja dengan komunitas Suriah di Turkiye sejak kedatangan mereka setelah perang saudara pecah di Suriah pada 2011.

Corabatir menekankan bahwa pemerintah yang diakui secara internasional harus terlebih dahulu mengambil alih kekuasaan di Damaskus agar lebih banyak pengungsi Suriah dapat kembali ke negara mereka.

Banner
Kepulangan massal warga Suriah
Warga Suriah bersiap untuk memasuki wilayah Suriah dari Turkiye di Gerbang Perbatasan Cilvegozu di Distrik Reyhanli, Hatay, Turkiye, pada 18 Desember 2024. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Menteri Dalam Negeri Turkiye Ali Yerlikaya mengatakan di hadapan parlemen pada Ahad (15/12) bahwa Turkiye saat ini menampung sekitar 2,95 juta warga Suriah, dan sebanyak 7.621 warga negara Suriah telah secara sukarela kembali ke Suriah pada 9 Desember hingga 13 Desember.

Mayoritas warga Suriah di Turkiye memiliki status perlindungan sementara dan tidak secara resmi diklasifikasikan sebagai “pengungsi”. Sebagian besar dari mereka tinggal di Istanbul, kota terbesar sekaligus pusat keuangan di Turkiye, serta di dua kota perbatasan dengan Suriah, Gaziantep dan Sanliurfa.

Walaupun tersedia bantuan sosial dan keuangan yang cukup besar dari Uni Eropa, banyak warga Suriah di Turkiye masih bergantung pada pekerjaan informal dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Kehidupan mereka menjadi semakin sulit dalam beberapa tahun terakhir akibat krisis biaya hidup yang dipicu oleh inflasi yang tak terkendali di Turkiye.

Kepulangan massal warga Suriah
Warga Suriah menunggu untuk memasuki kembali wilayah Suriah dari Turkiye di Gerbang Perlintasan Cilvegozu di Distrik Reyhanli, Hatay, Turkiye, pada 10 Desember 2024. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Dalam beberapa hari setelah jatuhnya pemerintahan Assad pada 8 Desember, Turkiye dengan cepat memperluas kapasitas perlintasan perbatasannya guna memfasilitasi kepulangan para pengungsi Suriah ke tanah air mereka.

Setelah jatuhnya rezim Assad, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa warga Suriah dipersilakan untuk tinggal di Turkiye.

Banner

“Kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk mengamankan kembalinya para pengungsi Suriah, dan kami akan dengan senang hati menampung mereka yang ingin tetap tinggal di Turkiye,” ujar Erdogan pada Jumat (13/12) pekan lalu.

Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan mengatakan pada 9 Desember bahwa Turkiye akan berupaya agar para pengungsi Suriah dapat “kembali ke rumah mereka dengan aman dan secara sukarela.”

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan