Total populasi Jalur Gaza telah berkurang 85 persen sejak konflik meletus, sementara sebagian di antaranya telah beberapa kali mengungsi untuk menghindari serangan Israel dan mencari tempat perlindungan yang aman.
Gaza, Palestina (Xinhua) – Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, musim dingin kali ini menjadi tamu yang tidak menyenangkan bagi Jalal Mosaad (45), seorang pengungsi Palestina, yang tinggal di sebuah tenda sementara yang baru-baru ini didirikan di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
“Dahulu, saya biasanya menantikan musim dingin untuk melakukan tradisi musim dingin, seperti menyiapkan makanan dan minuman hangat, serta menghabiskan waktu bersama delapan anggota keluarga di dalam rumah,” ujarnya kepada Xinhua.
Namun sekarang, ayah enam anak itu mengatakan bahwa dirinya harus sibuk menguras air hujan dari dalam dan sekitar tenda dengan cara manual selama hujan turun.
Pria tersebut mengatakan kepada Xinhua bahwa kehidupan telah berubah sejak konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober. “Kami menjadi tunawisma tanpa adanya kebutuhan sehari-hari di tenda-tenda yang terpaksa kami tinggali selagi pertempuran mematikan masih berlangsung.”
Sejak dievakuasi dari rumahnya di bagian timur Kota Khan Younis bersama keluarganya dan beserta puluhan ribu pengungsi Palestina lainnya, dia menghabiskan hari-hari dengan mencari makanan dan air untuk anak-anaknya. Namun, musim dingin menambah penderitaannya.
Akibat cuaca yang buruk dan dingin, anak-anak Mohammed al-Hajjar (34), seorang pengungsi Palestina lainnya, jatuh sakit dan perlu dibawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan.
Namun, dia mengatakan bahwa “semua pusat medis, rumah sakit, dan rumah sakit lapangan penuh sesak dengan korban luka-luka.
Lebih parahnya lagi, stok obat di apotek-apotek setempat sudah habis.
“Semuanya habis dan kami butuh perawatan dan berbagai barang kebutuhan sehari-hari di daerah kantong ini,” tegasnya.
Gaza telah berada di bawah pengepungan dan pengeboman besar-besaran oleh Israel sejak 7 Oktober, yang telah menewaskan 19.667 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, pada Selasa (19/12).
Eskalasi serangan Israel tersebut merupakan pembalasan atas serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan penyanderaan lebih dari 200 orang, menurut laporan-laporan Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar 1,9 juta orang di Gaza, atau sekitar 85 persen dari total populasi Jalur Gaza, telah mengungsi sejak konflik itu meletus, sementara sebagian di antaranya telah beberapa kali mengungsi untuk menghindari serangan Israel dan mencari tempat perlindungan yang aman.
Menurut statistik dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di Timur Dekat, pihaknya menampung hampir 1,3 juta pengungsi di 154 fasilitas yang berafiliasi dengan badan tersebut di seluruh Jalur Gaza.
UNRWA menyatakan bahwa akibat kepadatan dan kondisi sanitasi yang buruk di tempat penampungannya, mereka mengamati adanya peningkatan yang signifikan pada beberapa penyakit dan kondisi infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut, dan infeksi kulit.
Secara rata-rata, tempat penampungan UNRWA di Jalur Gaza tengah dan selatan saat ini menampung jumlah pengungsi sembilan kali lipat dari kapasitas yang direncanakan.
Laporan: Redaksi