PM Palestina Mohammed Ishtaye menolak rencana Israel untuk memisahkan zona ibadah umat Muslim di Yerusalem Timur antara umat Yahudi dan Muslim, mengatakan bahwa itu akan “memicu kemarahan yang luar biasa dengan dampak yang tidak terduga karena kesucian dan nilai religius Masjid Al-Aqsa bagi rakyat Palestina dan Arab serta umat Muslim.”
Ramallah, Palestina (Xinhua) – Perdana Menteri (PM) Palestina Mohammed Ishtaye pada Senin (12/6) menolak rencana Israel untuk memisahkan zona ibadah umat Muslim di Yerusalem Timur antara umat Yahudi dan Muslim.
Ishtaye menyampaikan pernyataan tersebut dalam pertemuan pekanan kabinet Otoritas Palestina yang digelar di Kota Ramallah, Tepi Barat, menurut sebuah pernyataan dari kantor PM Palestina itu.
Israel Radio melaporkan bahwa anggota parlemen Israel Amit Halevy dari Partai Likud mengusulkan pemisahan zona ibadah antara umat Yahudi dan Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Yahudi sebagai Bukit Bait Suci (Temple Mount).
Laporan itu menambahkan bahwa rencana Halevy akan memberikan umat Muslim kendali atas ujung selatan kompleks tersebut, yang merupakan lokasi bangunan Masjid Al-Aqsa, sementara umat Yahudi akan menerima wilayah tengah dan utara.
Ishtaye menyampaikan peringatan terkait rencana tersebut, mengatakan bahwa itu akan “memicu kemarahan yang luar biasa dengan dampak yang tidak terduga karena kesucian dan nilai religius Masjid Al-Aqsa bagi rakyat Palestina dan Arab serta umat Muslim.”
Dia menyerukan dilakukannya aksi dari pihak Arab, Islam, dan internasional “yang lebih dari tuduhan dan kecaman untuk menjatuhkan sanksi yang akan mencegah perubahan apa pun di Masjid Al-Aqsa dan menghentikan segala bentuk pelanggaran di Yerusalem.”
Rakyat Palestina ingin bagian timur Yerusalem, yang diduduki oleh Israel pada 1967, menjadi ibu kota negara merdeka mereka, sementara rakyat Israel bersikeras bahwa seluruh kota tersebut adalah ibu kota mereka.
Ishtaye juga menyerukan tekanan internasional yang nyata “untuk menghentikan implementasi Israel atas rencana permukiman yang dikenal sebagai E1, yang bertujuan untuk merusak peluang mendirikan sebuah negara Palestina yang letaknya bersebelahan.”
“Menurut rencana ini, sebuah permukiman baru akan dibangun, menghubungkan permukiman Yerusalem dengan permukiman Ma’ale Adumim, yang berarti membagi Tepi Barat menjadi dua wilayah terpisah,” sebut PM Palestina itu.
Permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur merupakan salah satu isu kompleks yang dihadapi kedua belah pihak, yang menyebabkan terhentinya negosiasi perdamaian langsung di antara keduanya.
Laporan: Redaksi