Kota Ramah Lingkungan Tianjin China-Singapura, kota ekologi pertama di dunia yang dikembangkan bersama oleh China dan Singapura, mulai dibangun di Laut Bohai pada 2008.
Tianjin, China (Xinhua/Indonesia Window) – Kota Ramah Lingkungan Tianjin China-Singapura (China-Singapore Tianjin Eco-City), zona demonstrasi pembangunan hijau nasional pertama di negara itu, telah menetapkan sasaran konstruksi baru yang ditujukan untuk mengeksplorasi jalur dan menyediakan model guna mempercepat transformasi hijau menyeluruh dari pembangunan ekonomi dan sosial di seluruh China.
Sebuah rencana implementasi terbaru yang diterbitkan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (National Development and Reform Commission) China menguraikan sasaran bagi kota ramah lingkungan tersebut untuk berkembang menjadi zona demonstrasi pembangunan hijau nasional, yang menekankan pembangunan ramah lingkungan, rendah karbon, dan berkualitas tinggi.
Rencana itu berfokus pada subindustri bernilai tambah tinggi dan bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis kelas dunia. Rencana tersebut mengusulkan 20 indikator utama dalam tiga bidang untuk mencapai tingkat terdepan secara internasional dalam indikator pembangunan hijau utama pada 2035.
Rencana itu juga menetapkan 29 tugas terperinci di enam kategori dan mengusulkan langkah-langkah organisasi untuk memastikan implementasi yang efektif.
Target konstruksi baru ini menyoroti empat bidang inovasi utama, yaitu mempercepat pertumbuhan industri hijau, meningkatkan pasokan inovasi ilmiah dan teknologi, mengatasi tantangan utama, serta meningkatkan sistem dan mekanisme.
Para analis menggarisbawahi bahwa tujuan-tujuan ini berkaitan erat dengan pendalaman reformasi sistem konservasi ekologi yang diusulkan pada sidang pleno ketiga Komite Sentral Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) ke-20.
Kota Ramah Lingkungan Tianjin China-Singapura, kota ekologi pertama di dunia yang dikembangkan bersama oleh China dan Singapura, mulai dibangun di Laut Bohai pada 2008. Pada 2013, Dewan Negara China menyetujui pembentukan zona demonstrasi pembangunan hijau nasional di dalam kota ekologi tersebut, menjadikannya yang pertama dari jenisnya yang disetujui oleh pemerintah China.
Kota ekologi itu telah menunjukkan pembalikan efek urban heat island (UHI), atau fenomena meningkatnya suhu udara di daerah perkotaan padat, selama dua tahun berturut-turut. Data dari biro meteorologi setempat menunjukkan bahwa dari Juni hingga Juli tahun ini, intensitas UHI di kota ekologi tersebut adalah minus 0,3 derajat Celsius, menurun dari periode yang sama tahun lalu, yang menunjukkan solusi potensial terhadap kejadian suhu tinggi ekstrem secara global.
Zhu Liyang, Presiden Asosiasi Ekonomi Sirkular China (China Association of Circular Economy), menyatakan bahwa tujuan pembangunan baru tersebut mencerminkan harapan tinggi pemerintah China untuk pembangunan kota ekologi di masa depan dan menggarisbawahi signifikansi nasional dan visi internasionalnya dalam pembangunan hijau.
Pada 2020, China mengumumkan komitmennya untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida pada 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060. Baru-baru ini, China telah memperkenalkan beberapa kebijakan baru untuk lebih mendorong transformasi hijau.
Wang Guoliang, direktur komite administratif di Kota Ramah Lingkungan Tianjin China-Singapura, mengatakan dengan berlandaskan pengalaman tingkat lanjut yang telah ada, kota ramah lingkungan tersebut akan terus mengeksplorasi jalur-jalur baru dan lebih baik, yang akan memberikan wawasan berharga bagi transformasi hijau yang komprehensif dalam pembangunan ekonomi dan sosial di China dan dunia.
Laporan: Redaksi