Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek kereta cepat pertama China di luar negeri yang mengekspor rangkaian lengkap teknologi kereta cepat, dan menjadi komponen penting dari kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road) China dan Indonesia.
Nanning, China (Xinhua) – Meski anggota keluarga lainnya masih menikmati liburan Hari Buruh Internasional selama lima hari di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, China selatan, Xiao Songxin masih sibuk mengoordinasikan seluruh unit yang berpartisipasi dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di Indonesia.
Xiao (53), Direktur Teknik PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), konsorsium perusahaan patungan antara badan usaha milik negara (BUMN) China dan Indonesia, menandai tahun ketujuh partisipasinya dalam pembangunan proyek tersebut tahun ini.
“Saat ini merupakan tahap kritis untuk konstruksi teknik, penerimaan, dan selanjutnya transisi menuju tes integrasi dan commissioning untuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Semua unit di proyek sedang sibuk bekerja dan memastikan proyek tersebut dapat beroperasi sesuai jadwal,” ungkap Xiao.
Kemajuan yang stabil dari berbagai tugas konstruksi pada proyek itu menjadi kado terbaik bagi semua pihak yang berpartisipasi dalam proyek, tambah Xiao.
Dioperasikan oleh KCIC, Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek kereta cepat pertama China di luar negeri yang mengekspor rangkaian lengkap teknologi kereta cepat. Dengan trek sepanjang 142,3 km dan kecepatan operasional mencapai 350 km per jam, KCJB juga merupakan komponen penting dari kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road) China dan Indonesia.
Pada 2013, China mengusulkan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI). Selama sepuluh tahun terakhir, lebih dari 150 negara dan 30 lebih organisasi internasional menandatangani dokumen kerja sama untuk berpartisipasi dalam kerja sama di bawah kerangka BRI.
Sangat jelas, BRI memberikan kontribusi positif bagi pembangunan ekonomi, peningkatan lapangan kerja, dan peningkatan mata pencaharian masyarakat di negara dan kawasan di sepanjang jalur tersebut, serta menjadi barang publik dan platform kerja sama internasional yang populer.
Indonesia merupakan negara yang terletak pada simpul penting Sabuk dan Jalur Sutra, serta pusat penting dari ‘Jalur Sutra Maritim’.
Berkat upaya bersama China dan Indonesia untuk berpartisipasi dalam kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra, semakin banyak orang dan perusahaan dari kedua negara telah diuntungkan oleh dividen dan berbagai peluang yang diciptakan oleh BRI.
Pada 2016, Dita Efrilia, yang berasal dari Rancaekek, Bandung, Provinsi Jawa Barat, menempuh studi di luar negeri di Sekolah Kejuruan Kota Liuzhou di Kota Liuzhou, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan.
Mengambil jurusan teknologi automasi kelistrikan selama tiga tahun, Dita lulus pada 2019, kemudian dipekerjakan oleh perusahaan China yang berpartisipasi dalam pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Hingga kini, dia masih bekerja di lokasi proyek tersebut.
“Saat saya menempuh studi di China, saya sering menggunakan kereta cepat untuk bepergian, itu sangat nyaman, pelayanannya sangat baik, dan kursinya juga sangat nyaman,” ujar Dita, seraya mengungkapkan bahwa kampung halamannya berlokasi dekat dengan Stasiun Tegalluar, stasiun terminal KCJB.
Kini, masyarakat berharap KCJB dapat segera beroperasi, sehingga nantinya perjalanan ke Jakarta bisa menjadi lebih cepat, tambah Dita.
“Saya menantikan lebih banyak kerja sama antara kedua negara dan datangnya lebih banyak manfaat, sebagaimana proyek KCJB menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan,” tuturnya.
Wang Bin, manajer umum Power Construction Corporation of China (PowerChina), mengungkapkan bahwa BRI dan konsep pembangunan “Poros Maritim Dunia” yang diusung Indonesia memiliki banyak kesamaan, dan memberikan lebih banyak peluang baru bagi perusahaan tersebut untuk memperluas pasarnya di Indonesia.
“Indonesia menjadi salah satu pasar terpenting dalam strategi pengembangan bisnis internasional kami,” kata Wang, seraya menambahkan bahwa sebagai salah satu kontraktor utama KCJB, perusahaannya akan terus mengakar di pasar Indonesia dan menawarkan lebih banyak proyek berkualitas tinggi.
Memulai bisnis di pasar Indonesia sejak 1995, PowerChina mengerjakan total 135 proyek konstruksi dengan nilai kontrak sekitar 11,3 miliar dolar AS di Indonesia, termasuk lima proyek investasi langsung dengan nilai investasi sekitar 1,74 miliar dolar AS, kata perusahaan itu.
Wang Yuzhu, dekan Institut Penelitian China-ASEAN di Universitas Guangxi, mengungkapkan bahwa “kepentingan kesejahteraan bersama” merupakan faktor utama dalam mewujudkan mimpi tentang pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.
Menurut Wang, dengan semakin banyaknya proyek kerja sama BRI yang diimplementasikan di lebih banyak negara dan kawasan, manfaat langsung dan efek limpahan yang dihasilkan oleh proyek-proyek tersebut mendorong masyarakat internasional untuk mengakui dan berpartisipasi dalam kerja sama tersebut.
Selama beberapa tahun terakhir, hubungan ekonomi dan perdagangan antara China dan Indonesia menjadi semakin erat.
Pada 2022, volume perdagangan bilateral antara China dan Indonesia mencapai 149,1 miliar dolar AS, naik 19,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Pada periode yang sama, total investasi China di Indonesia mencapai 8,19 miliar dolar AS, dan Indonesia menjadi tujuan investasi terbesar kedua China di antara negara-negara ASEAN lainnya, menurut Kementerian Luar Negeri China.
“Kerja sama ekonomi dan perdagangan akan menstimulasi lebih jauh pengakuan masyarakat internasional terhadap komunitas dengan masa depan bersama,” kata Wang, seraya mencatat bahwa Indonesia merupakan perekonomian terbesar di antara negara-negara ASEAN dan tempat Jalur Sutra Maritim Abad 21 diinisiasi.
“Selain itu, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, dan BRI akan terus menyuntikkan dorongan baru ke dalam pembangunan komunitas China-Indonesia yang lebih erat dengan masa depan bersama,” imbuh Wang.
Pada awal April lalu, Pertemuan Ketiga Mekanisme Kerja Sama Dialog Tingkat Tinggi China-Indonesia diselenggarakan bersama di Beijing.
Koordinator Kerja Sama Indonesia dengan China sekaligus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan dalam pertemuan tersebut bahwa Indonesia menganggap China sebagai mitra strategis yang penting dan siap bekerja sama dengan China untuk bersama-sama membangun Sabuk dan Jalur Sutra dengan kualitas tinggi, aktif dalam mengeksplorasi Inisiatif Pembangunan Global serta memperkuat ikatan komunitas dengan masa depan bersama.
*1 dolar AS = 14.661 rupiah
Laporan: Redaksi