Banner

Para karyawan dari 100 gerai Starbucks di AS gelar aksi mogok tiga hari

Sebuah logo Starbucks terpampang di Manhattan, New York, Amerika Serikat, pada 29 Mei 2018. (Xinhua/Li Muzi)

Karyawan Starbucks mogok kerja selama tiga hari menyusul praktik ketenagakerjaan yang tidak adil dari raksasa kopi tersebut termasuk penolakan pemberian tip kartu kredit ke gerai serikat pekerja, pemotongan jam kerja dan penutupan gerai serikat pekerja.

 

Los Angeles, AS (Xinhua) – Para karyawan Starbucks dari sekitar 100 gerai di seluruh Amerika Serikat (AS) memulai aksi mogok selama tiga hari pada Jumat (16/12), menjadikannya sebagai aksi kerja terkoordinasi secara nasional terlama dalam sejarah perusahaan itu.

“Mulai hari ini, lebih dari 1.000 barista melakukan AKSI MOGOK TIGA HARI, menjadikannya aksi kolektif terlama dari kampanye kami,” cuit Serikat Pekerja Starbucks (Starbucks Workers United/SBWU), yang telah memenangkan pemilihan serikat pekerja di sekitar 270 lokasi yang mencakup sekitar 7.000 barista sejak Desember 2021 dan mengorganisir pemogokan pada Jumat itu, yang disebut dengan ‘Double Down Strike’.

Collin Pollitt, seorang anggota serikat barista sekaligus pengurus SBWU di Oklahoma City, Oklahoma, seperti dikutip pada Jumat oleh In These Times, majalah bulanan progresif politik Amerika, mengatakan bahwa alasan melakukan aksi mogok tersebut adalah karena praktik ketenagakerjaan yang tidak adil dari raksasa kopi tersebut termasuk “penolakan pemberian tip kartu kredit ke gerai serikat pekerja, pemotongan jam kerja dan penutupan gerai serikat pekerja”.

SBWU menuntut Starbucks mulai menegosiasikan kontrak pertama dan menghentikan kampanye pembubaran serikat pekerja, menurut laporan In These Times, seraya menambahkan Dewan Hubungan Perburuhan Nasional (National Labor Relations Board/NLRB) menyebut perusahaan itu dalam lebih dari 900 dugaan pelanggaran undang-undang ketenagakerjaan federal sejak gerakan serikat pekerja tersebut dimulai.

Banner

Selain mogok kerja, serikat pekerja juga meminta para pelanggan untuk tidak membeli kartu hadiah Starbucks selama musim liburan. Serikat pekerja mengklaim bahwa perusahaan itu dilaporkan meraup 212 juta dolar AS dari sisa uang pada kartu hadiah di tahun fiskal ini, tetapi tidak transparan terkait penggunaan dana tersebut.

Pemogokan pada Jumat didukung oleh beberapa politisi Amerika.

Karyawan Starbucks mogok kerja
Sebuah logo Starbucks terpampang di Manhattan, New York, Amerika Serikat, pada 29 Mei 2018. (Xinhua/Li Muzi)

Elizabeth Warren, senator senior AS dari Massachusetts, mencuit, “Saya menyatakan solidaritas kepada para pekerja Starbucks yang membuat suara mereka didengar di Massachusetts dan di seluruh negara ini.”

“Kami mendukung mereka di seantero negara ini, mari berhenti membeli apa pun di Starbucks selama tiga hari,” kata Jamaal Bowman, perwakilan AS untuk distrik kongres ke-16 New York, dalam sebuah video yang diunggah secara daring. “Starbucks, tunjukkan rasa hormat kepada para pekerja Anda.”

SBWU sebelumnya mengorganisir pemogokan nasional selama satu hari pada 17 November yang disebut “Red Cup Rebellion”, bertepatan dengan promosi tahunan Red Cup Day yang menguntungkan perusahaan itu. Namun, sejak saat itu, serikat pekerja mengatakan pihak Starbucks terus menyerang upaya pengorganisasian tersebut, termasuk dengan menutup gerai pertama yang berserikat di Seattle.

Starbucks merupakan rantai kedai kopi multinasional AS yang berkantor pusat di Seattle, Washington. Hingga November 2021, perusahaan tersebut memiliki 15.444 gerai di AS.

Banner

*1 dolar AS = 15.630 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan