Beberapa politisi Barat telah mengakui bahwa perang ekonomi sedang dilancarkan terhadap Rusia.
Jakarta (Indonesia Window) – Sanksi baru Amerika Serikat terhadap Rusia, yang mempengaruhi sirkulasi emas dan ekspor beberapa industri, melanggar aturan main yang ada untuk semua ekonomi, kata Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov.
“Pasar melihat bahwa pemerintah AS bertindak tidak terduga, menabur kekacauan dan kepanikan,” katanya, menjawab pertanyaan media tentang paket baru sanksi anti-Rusia.
“Hambatan baru yang mempengaruhi, antara lain, ekspor emas dan industri, melanggar aturan main yang ada untuk semua ekonomi,” ujarnya.
Antonov menegaskan, “keputusan oleh AS dan sekutunya yang berkaitan dengan hubungan ekonomi yang parah dengan Rusia mendorong kecenderungan krisis yang ada dalam ekonomi global hingga batasnya.”
Diplomat Rusia itu menambahkan bahwa AS juga menderita akibat sanksinya sendiri.
“Pertumbuhan harga konsumen di sini adalah yang tertinggi selama 40 tahun terakhir,” imbuhnya.
Gelombang pembatasan anti-Rusia Barat baru-baru ini yang diberlakukan atas operasi militer khusus di Ukraina telah memperburuk krisis pangan global, kata Antonov.
“Mengenai ketahanan pangan, gelombang pembatasan anti-Rusia yang diberlakukan secara kolektif oleh dunia Barat di bawah pimpinan AS telah memicu krisis pangan global. Akar penyebabnya adalah langkah-langkah ekonomi makro yang tidak kompeten yang diambil oleh sejumlah negara maju, perubahan iklim dan pandemik COVID-19,” kata layanan pers Kedutaan Rusia mengutip duta besar.
Menurut diplomat itu, krisis dapat diselesaikan “hanya melalui akses bebas biji-bijian dan pupuk, termasuk yang berasal Rusia, ke pasar global,” katanya.
Pada 24 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan operasi militer khusus di Ukraina sebagai tanggapan atas permintaan dari para pemimpin Republik Donbass.
Putin menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina tetapi tujuannya adalah untuk mendemiliterisasi dan mendenazifikasi negara tersebut.
Barat menanggapi operasi militer itu dengan sanksi besar-besaran terhadap Rusia.
Negara-negara Barat sejauh ini telah memasok senjata dan peralatan militer bernilai miliaran dolar ke Kiev.
Beberapa politisi Barat telah mengakui bahwa perang ekonomi sedang dilancarkan terhadap Rusia.
Presiden Putin mengatakan pada bulan Maret bahwa kebijakan sanksi Barat terhadap Moskow telah menunjukkan semua tanda-tanda agresi, dengan penahanannya terhadap Rusia menjadi strategi jangka panjang.
Dia juga menggarisbawahi bahwa masalah di pasar pangan global telah dimulai kembali pada Februari 2020. Putin menepis pernyataan bahwa Rusia diduga memblokir gandum di pelabuhan Ukraina sebagai gertakan belaka.
Sumber: Reuters
Laporan: Redaksi