Jakarta (Indonesia Window) – Kuwait Petroleum Corporation (KPC) tengah mencari pinjaman hingga 1 miliar dolar AS (sekitar 14,6 triliun rupiah) dari bank termasuk HSBC dan JPMorgan, menurut dokumen parlemen yang ditinjau oleh Reuters.
“Kuwait Petroleum Corporation saat ini sedang bernegosiasi dengan agen kredit ekspor Jepang guna memberikan perlindungan asuransi untuk pembiayaan yang akan diperoleh perusahaan dari sekelompok bank internasional, termasuk HSBC dan JPMorgan, dengan nilai tidak melebihi 1 miliar dolar AS untuk jangka waktu 13 tahun,” kata Menteri Perminyakan Kuwait, Mohammad al-Fares, dalam menanggapi penyelidikan anggota parlemen.
Pembiayaan tersebut akan digunakan untuk belanja modal, termasuk kegiatan produksi minyak dan gas, kata Fares.
“Ditemukan bahwa ada kebutuhan untuk menginvestasikan sejumlah besar uang agar korporasi dapat menerapkan strategi (lima tahunannya) dan untuk mempertahankan dan mengembangkan tingkat produksi,” katanya.
Rencana pinjaman eksternal untuk KPC telah disetujui oleh kabinet Kuwait pada April 2019 untuk tahun keuangan 2018/2019 hingga 2022/2023.
Kabinet Kuwait, dan banyak dari pendahulunya, telah gagal selama bertahun-tahun untuk meloloskan undang-undang utang yang akan menaikkan pagu utang dan memungkinkan negara untuk memanfaatkan pasar utang internasional di tengah penolakan dari parlemen berturut-turut.
Minyak mencakup hampir 90 persen dari pendapatan Kuwait. Meskipun harga minyak tinggi, Kuwait memperkirakan defisit fiskal sebesar 3,1 miliar dinar (sekitar 10,12 miliar dolar AS) pada tahun fiskal yang dimulai pada 1 April, turun 74 persen dari tahun sebelumnya.
Kuwait memiliki rencana sebelumnya untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi empat juta barel per hari pada tahun 2020, tetapi tidak tercapai.
Menurut Kantor Berita Kuwait, negara Timur Tengah ini menetapkan rencana baru untuk mencapai produksi 3,5 juta barel per hari pada 2025.
Pada 2018, Kuwait juga mengatakan berencana untuk mencapai 4,750 juta barel pada 2040.
Sumber: Al Arabiya
Laporan: Redaksi