Banner

Janji dunia jaga suhu bumi 1,5 derajat Celsius pupus

Ilustrasi. Protes tentang perubahan iklim. (Markus Spiske on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah membunyikan alarm bahwa pembakaran bahan bakar fosil melepaskan gas yang bertindak seperti rumah kaca dan memanaskan bumi.

Pada KTT iklim PBB 2015 di Paris, Prancis, para pemimpin dunia sepakat untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius, dan idealnya 1,5 derajat Celsius, namun mereka gagal mengejar kebijakan yang akan mencapai tujuan itu, kata PBB.

Saat ini suhu bumi berada di jalur untuk naik antara 2,4 derajat hingga 2,7 derajat Celsius pada akhir abad ini, bahkan jika para pemimpin dunia memenuhi janji mereka untuk mengurangi emisi karbon hingga 2030.

Kondisi tersebut berarti seluruh dunia menghadapi gelombang panas yang semakin tak tertahankan, kekeringan, banjir di pesisir dan siklon tropis.

Perbedaan antara 1,5 derajat Celsius dan 2 derajat Celsius adalah antara “hidup atau mati,” kata Menteri Lingkungan Maladewa Aminath Shauna kepada negosiator di ruang pleno KTT iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia sesaat sebelum teks akhir kesepakatan diadopsi.

Banner

Pemerintah Inggris, yang menjadi tuan rumah KTT, telah menetapkan tujuan konferensi untuk menjaga target suhu yang lebih rendah tetap berada dalam jalur.

Setelah kesepakatan tercapai, Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan, “Saya pikir kita dapat mengatakan dengan kredibilitas bahwa kita telah menjaga 1,5 dalam jangkauan, tetapi denyut nadinya lemah.”

“Bahkan dengan semua proposal Glasgow yang baru, emisi pada tahun 2030 masih hampir dua kali lipat dari yang seharusnya untuk 1,5 C,” kata Niklas Höhne, seorang ilmuwan iklim di NewClimate Institute, sebuah lembaga think tank di Jerman. “Glasgow diresusitasi (kembali ke denyut) 1,5 Celsius, tetapi masih dalam perawatan intensif.”

“Ini bukan hasil baik yang bisa lebih baik. Ini hasil buruk yang bisa lebih buruk,” kata Nathan Thanki dari Kampanye Global untuk Menuntut Keadilan Iklim, mengkritik putaran positif dari organisasi nirlaba di negara-negara kaya yang merayakan langkah-langkah kecil.

Sumber: dw.com

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan