Warung tradisional sebagai salah satu bentuk UMKM masih menjadi kekuatan ekonomi rakyat paling riil dan sangat berpotensi memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi nasional, ungkapnya.
Jakarta (Indonesia Window) – Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendukung kemitraan antara grosir modern dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yaitu toko atau warung tradisional.
Kemitraan tersebut tentunya dapat menggerakkan dan memajukan UMKM Indonesia, salah satunya dilakukan oleh Indogrosir, kata Mendag saat menghadiri Gathering Member Mitra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Indogrosirpada Sabtu, (8/7), di Jakarta.
Saat ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) sedang berupaya mendorong peningkatan daya saing toko/warung tradisional. Salah satunya melalui kemitraan antara grosir modern dengan toko/warung tradisional, tutur Mendag.
“Untuk itu, Kemendag mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Indogrosir sebagai komitmen memajukan UMKM Indonesia,”jelas Mendag Zulkifli Hasan.
Menurut Mendag Zulkifli Hasan, melalui kemitraan dengan grosir modern, warung akan mendapatkan banyak keuntungan, antara lain jaminan pasokan barang dengan harga yang kompetitif; pendampingan usaha; dukungan manajemen ritel yang modern; digitalisasi pembayaran melalui QRIS; serta penjualan produk-produk digital seperti pulsa, token listrik, dan bayar tagihan.
Warung tradisional sebagai salah satu bentuk UMKM masih menjadi kekuatan ekonomi rakyat paling riil dan sangat berpotensi memberikan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi nasional, ungkapnya.
Berdasarkan data dari Eruromonitor tahun 2021, dari 3,61 juta ritel yang ada di Indonesia, 3,57 juta di antaranya berbentuk toko atau warung tradisional
“Upaya pemberdayaan yang dilakukan Kemendag untuk peningkatan daya saing toko/warung tradisional antara lain dilakukan melalui penyediaan pasokan barang, pendampingan usaha, digitalisasi warung, dan bantuan permodalan melalui kemitraan,” Zulkifli Hasan menambahkan.
Sementara itu, UMKM memiliki kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebanyak 65,46 juta UMKM Indonesia telah berkontribusi sebesar 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). UMKM mampu menyerap 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja yang ada.
Dengan mempertimbangkan besarnya potensi UMKM di dalam negeri tersebut, Kemendag mendorong kolaborasi dalam membangun ekosistem bisnis UMKM melalui empat pilar, yaitu UMKM yang terbuka terhadap perubahan, inovatif, dan punya kemauan berkembang; lokapasar (marketplace) yang bersinergi dengan UMKM; ritel dan pemasok modern yang berperanmemberikan akses kemitraan; dan lembaga pembiayaan atau perbankan.
Mendag Zulkifli Hasan menegaskan, pada 2023, Kemendag akan tetap berkomitmen mendorong pelaku usaha di berbagai wilayah melalui berbagai program seperti pemberdayaan toko/warung tradisional, digitalisasi UMKM, promosi produk UMKM di pasar ekspor, penjajakan bisnis (business matching), pelatihan SDM ekspor, pelatihan pembentukan fasilitator edukasi perdagangan melalui sistem elektronik, dan program pendampingan ekspor.
Kemitraan yang selama ini dilakukan Indogrosir yaitu melalui penyediaan pasokan barang dagangan kepadatoko/warung tradisiona yang menjadi pelanggan Indogrosir (warung member merah).
Selain itu, ada program paket warung start upmodern dalam bentuk Toko Mandiri Indogrosir (TMI) yang merupakan contoh kemitraan antara grosir modern dengan toko/warung tradisional.
Mendag Zulkifli Hasan berharap, kemitraan antara Indogrosir dan UMKM dapat terus terjalin dan semakin bertumbuh serta semakin sukses mengembangkan usaha.
”Kami berharap Indogrosir dapat memperluas cakupan kemitraan kepada warung member bukan hanya dalam hal penyediaan pasokan barang, melainkan dalam bentuk pelatihan terkait manajemen ritel yang baik kepada warung UMKM yang menjadi mitranya,” pungkas Mendag Zulkifli Hasan
Sementara itu Achmad Iqbal, Kepala Divisi Percepatan & Kemitraan Bisnis Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, mengatakan UMKM harus dibantu.
Achmad mengatakan hal itu pada Muslim LifeFair (Pameran Bisnis Industri Konsumen Syariah di Indonesia) yang berlangsung baru-baru ini di Jakarta.
Achmad menjelaskan, secara umum terdapat empat aspek yang menjadi permasalahan bagi UMKM di Indonesia yaitu akses pasar, penguatan kualitas dan kuantitas produk dan kontinuitas produksi serta legalitas dan pembiayaan.
Namun, tidak mudah untuk menyelesaikan masalah ini, oleh karena itu harus ada kerjasama semua pihak, katanya seraya menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tetapi harus bekerja sama dengan usaha besar, menengah, kecil dan mikro serta tutor, perusahaan. agen dan universitas.
“Untuk membantu mereka, kita harus bersinergi dan berkolaborasi dalam beberapa hal. Sinergi kapasitas pengusaha UMKM harus kita perkuat melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan,” ujarnya.
“Kemudian harus ada sinergi dalam hal inklusi pembiayaan. Kita harus membantu pengusaha UMKM dengan memberikan pendampingan dan mencari mitra untuk kerjasama pembiayaan,” ujarnya.
“Kita juga harus bersinergi dalam hal pemasaran, digitalisasi, termasuk sinergi kemitraan. Dan kemudian kami sekarang mengoptimalkan layanan digital,” katanya.
Laporan: Redaksi