Banner

Foto yang diabadikan pada 21 Mei 2021 ini menunjukkan seekor singa di Kebun Binatang Nasional Smithsonian di Washington DC, Amerika Serikat. (Xinhua/Liu Jie)

Wabah flu burung H5 di Amerika Serikat (AS) telah menginfeksi lebih banyak spesies hewan, termasuk 23 spesies mamalia.

 

Los Angeles, AS (Xinhua/Indonesia Window) – Wabah flu burung H5 di Amerika Serikat (AS) telah menginfeksi lebih banyak spesies hewan, termasuk 23 spesies mamalia, demikian menurut Departemen Pertanian AS.

Situs jejaring Departemen Pertanian AS yang melacak virus tersebut memperbarui laporan pada Selasa (13/8) bahwa Influenza A, yang juga dikenal sebagai HPAI (Highly Pathogenic Avian Flu H5N1), terdeteksi pada banyak mamalia, seperti tikus rusa (deer mouse), tikus rumah, kelinci ekor kapas gurun (desert cottontail), tikus padang rumput, rakun, sigung belang, rubah merah, singa gunung, kucing hutan liar (bobcat), dan beruang hitam.

“Ada banyak spesies yang berpotensi rentan terhadap penyakit flu burung yang sangat menular (HPAI),” kata situs tersebut. “Selain pada burung dan unggas, virus H5N1 telah terdeteksi pada beberapa mamalia. Infeksi dapat menyebabkan penyakit, termasuk penyakit parah dan kematian dalam beberapa kasus.”

Departemen Pertanian AS menyampaikan bahwa karena meningkatnya minat terhadap kucing domestik berkaitan dengan wabah HPAI, pihak berwenang mengumpulkan informasi yang relevan sejak Maret lalu dan melaporkannya ke Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/WOAH).

Banner

“Sebagai hewan peliharaan, kucing domestik dapat menjadi jalur potensial bagi virus flu burung untuk menyebar ke manusia,” ungkap Kristen Coleman, seorang assistant professor di School of Public Health di University of Maryland yang juga affiliate professor di Jurusan Kedokteran Hewan, sebagaimana dilaporkan di outlet berita universitas tersebut pada Juni.

“Kami mengamati distribusi global dan penyebaran infeksi flu burung pada spesies kucing antara 2004 hingga 2024 dan menemukan peningkatan drastis dalam laporan infeksi virus tersebut pada kucing mulai 2023, dengan lonjakan infeksi yang dilaporkan terjadi pada kucing peliharaan, berlawanan pada hewan liar atau hewan yang dipelihara di kebun binatang. Peningkatan ini bertepatan dengan penyebaran galur H5N1 yang cepat di antara spesies mamalia saat ini,” imbuh Coleman.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa flu burung saat ini tidak dilaporkan menular di antara manusia, dan tidak ada jaminan bahwa virus itu akan berkembang ke arah tersebut, tetapi penyakit itu jelas sedang berubah. “Galur H5N1 yang ada saat ini telah menyebar ke hewan yang belum pernah tertular sebelumnya, dan hewan peliharaan yang dapat menularkannya kepada manusia dapat berperan dalam perubahan virus tersebut.”

Flu burung, virus yang biasanya menyebar di antara burung liar dan unggas peliharaan, mengalami perubahan hingga dapat menginfeksi sapi perah di AS pada Desember tahun lalu atau Januari tahun ini, dan sejak itu menyebar ke spesies hewan lainnya.

Sejak terdeteksinya H5N1 pada sapi perah di AS, sekitar 35 kucing domestik dilaporkan terinfeksi virus tersebut hingga saat ini, sementara tidak ada kasus H5N1 pada manusia yang ditularkan dari kucing yang terinfeksi virus tersebut, urai pejabat kesehatan AS.

“Sungguh luar biasa cepatnya dan ganasnya pergerakan virus ini. Jadi, saya berharap kita bisa segera mengatasinya,” kata Kay Russo, seorang dokter hewan asal Colorado yang pernah menangani sapi perah dan unggas, yang paling terdampak oleh virus tersebut tahun ini.

Banner

Di Colorado, enam kasus Influenza A pada kucing telah terdeteksi pada sejumlah kucing domestik sepanjang tahun ini, menurut situs web Colorado Veterinary Medical Association.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) federal AS terus menyatakan bahwa risiko terhadap masyarakat umum rendah. Namun, Russo mengatakan bahwa level kekhawatiran meningkat akibat lonjakan kasus yang terkonfirmasi H5N1.

“Orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan kucing yang terinfeksi harus dianggap memiliki risiko yang sama dengan orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan hewan lain yang terinfeksi, seperti sapi atau unggas,” papar Russo dalam email yang dikirimkan ke Colorado Public Radio pada Selasa. “Risiko penularan ke manusia akibat kontak dengan kucing belum dipahami dengan baik.”

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan