Banner

Menilik serangkaian kerja sama Yantai di China dengan Indonesia

Foto dokumentasi ini menunjukkan kapal kargo ‘Riyun’ diberangkatkan dari Pelabuhan Yantai di Provinsi Shandong, China timur. (Xinhua)

Volume pengiriman tahunan rute kargo umum dari Pelabuhan Yantai ke Asia Tenggara melampaui 1 juta ton pada Juli 2024.

 

Jinan, China (Xinhua/Indonesia Window) – Selama liburan Hari Nasional di China, kapal ‘Riyun’ berlayar dari pelabuhan Yantai di Provinsi Shandong menuju Indonesia. Kapal ini mengangkut 36.000 ton material teknik dan kendaraan mesin. Dengan pengiriman ini, volume pengiriman tahunan rute kargo umum dari Pelabuhan Yantai ke Asia Tenggara telah melampaui 2 juta ton.

Pencapaian ini terjadi hanya tiga bulan setelah volume pengiriman tahunan rute kargo umum dari Pelabuhan Yantai ke Asia Tenggara melampaui 1 juta ton pada Juli tahun ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejalan dengan pembangunan bersama inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra, pertukaran ekonomi dan perdagangan antara Kota Yantai, Provinsi Shandong, dan Indonesia menjadi semakin erat. Saat ini, terdapat 785 perusahaan yang terlibat dalam bisnis impor dan ekspor dengan Indonesia. Pada 2013, total nilai impor dan ekspor perusahaan-perusahaan tersebut mencapai 11,7 miliar yuan, meningkat 6,3 persen dalam basis tahunan.

Bintan Industrial Estate (BIE) Indonesia, yang diinvestasikan dan dibangun oleh Yantai Nanshan Group, merupakan zona ekonomi pertama di Indonesia yang didanai oleh China. Zona ekonomi ini memiliki nilai output sebesar 650 juta dolar AS pada 2023.

Pada Februari tahun ini, Universitas Nanshan Yantai (Yantai Nanshan University) menandatangani perjanjian pelatihan bersama untuk mahasiswa program magister dengan Universitas Sumatra Utara di Indonesia. Selain itu, Yantai juga menandatangani surat pernyataan niat (letter of intent/LoI) untuk kerja sama persahabatan dengan pemerintah Kota Tangerang. Hal ini menunjukkan prospek yang luas untuk kerja sama dan pertukaran.

Dengan dimulainya era baru untuk pengembangan Kota Yantai, sejumlah upaya sedang dilakukan guna mempercepat konstruksi sebuah sistem industri modern dengan manufaktur maju sebagai fondasi utama. Industri-industri seperti peralatan kelautan, konstruksi hijau, dan produksi minuman anggur (wine) memiliki komplementaritas yang kuat dan kompatibilitas yang tinggi dengan Indonesia. Hal itu membuka prospek yang luas bagi kerja sama di bidang impor dan ekspor perdagangan luar negeri.

Pada paruh pertama (H1) tahun ini, Wali Kota Yantai Zheng Deyan memimpin sebuah delegasi ekonomi dan perdagangan ke Indonesia untuk melakukan negosiasi perdagangan dan pertukaran persahabatan dalam diskusi proyek dan kerja sama praktis.

Dalam kunjungan selama tiga hari tersebut, delegasi Yantai mengunjungi Qingshan Industrial Indonesia Company dan Kedutaan Besar China di Indonesia. Mereka juga bertemu dengan Gubernur Provinsi Kepulauan Riau dan Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang. Selain itu, delegasi itu juga mengunjungi Bintan Industrial Estate (BIE) yang diinvestasikan oleh Nanshan Group dan mengadakan diskusi dengan perwakilan dari semua pihak yang berjumlah lebih dari 260 orang.

Pelabuhan Yantai memulai kerja sama dengan Qingshan Industrial pada 2021. Sejak Januari 2022, Pelabuhan Yantai menjadi salah satu dari empat lokasi pengiriman domestik bagi pemasok Qingshan Industrial di China.

Yantai berharap dapat memperdalam kerja sama dengan Qingshan Industrial di bidang logistik pelabuhan, perdagangan internasional, material kimia baru, dan industri energi baru.

Kota Tangerang merupakan pusat manufaktur dan industri di Pulau Jawa. Industri di kota ini terutama berfokus pada transportasi logistik, pemrosesan, grosir dan retail, manufaktur, konstruksi, serta pendidikan. Yantai berharap dapat memperdalam pertukaran dan kerja sama dengan Tangerang di bidang peralatan kelautan, pembangunan hijau dan rendah karbon, serta pendidikan.

Dalam Konferensi Kerja Sama dan Pertukaran Ekonomi dan Perdagangan China (Yantai)-Indonesia yang diselenggarakan di Jakarta, Zhou Hongjiang, Chairman Changyu Pioneer Wine Co., Ltd., memperkenalkan berbagai produk Changyu kepada para partisipan. Dia menghadirkan merek strategis Changyu, yakni Longyu Wine dan Koya Brandy, kepada penggemar wine di Indonesia.

Hubungan Changyu dan Indonesia memiliki sejarah lebih dari seratus tahun. Pada 1858, pendiri Changyu, Zhang Bishi, berkelana seorang diri ke wilayah Nanyang, dengan Jakarta sebagai perhentian pertamanya. Di Indonesia, Zhang Bishi mengalami berbagai kesulitan dan akhirnya berhasil menjadi orang yang sangat kaya di wilayah Nanyang (Asia Tenggara). Semasa hidupnya, Zhang Bishi mendirikan lebih dari 40 perusahaan, termasuk hampir 10 perusahaan di Indonesia. Pada 1892, Zhang Bishi mendirikan kilang wine pertama di China, yakni Changyu.

“Indonesia memiliki populasi 280 juta jiwa, dan potensi pasarnya sangat besar. Kami memiliki ekspektasi yang tinggi untuk hal ini,” ujar Zhou Hongjiang. Changyu tidak hanya menyediakan wine ala China untuk pasar Indonesia, tetapi juga berencana untuk bekerja sama dengan para mitra guna membangun Museum Pengalaman Budaya Wine Changyu (Changyu Wine Culture Experience Museum). Museum ini akan memberikan pengalaman yang menyeluruh dan unik bagi para konsumen, mulai dari produk hingga budayanya.

*1 yuan = 2.223 rupiah

**1 dolar AS = 15.671 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan