Banner

Bukti baru dari unit perang kuman Jepang yang bersejarah dipublikasikan

Jin Shicheng, seorang peneliti di Ruang Pameran Barang Bukti Kejahatan yang Dilakukan oleh Unit 731 Tentara Kekaisaran Jepang, menyusun selembar salinan formulir pendaftaran personel militer Jepang yang merinci pekerjaan mereka di Unit 731, unit perang kuman Jepang selama Perang Dunia II, di Harbin, Provinsi Heilongjiang, China timur laut, pada 5 Juli 2024. (Xinhua/Zhang Tao)

Unit 731 adalah basis penelitian perang biologis dan kimia yang sangat rahasia, yang didirikan di Harbin sebagai pusat kendali perang biologis Jepang di China dan Asia Tenggara selama Perang Dunia II.

 

Harbin, China (Xinhua) – Sebanyak 177 halaman formulir pendaftaran personel militer Jepang yang merinci pekerjaan mereka di Unit 731, unit perang kuman Jepang selama Perang Dunia II, dipublikasikan di Harbin, ibu kota Provinsi Heilongjiang, China timur laut, pada Sabtu (6/7).

Formulir-formulir tersebut berisi informasi pribadi dari 140 anggota unit itu, termasuk dokter, letnan, tentara medis, pegawai militer dan lainnya, yang tergabung dalam Divisi Linkou, divisi terbesar dari empat divisi yang dibentuk oleh Unit 731 pada 2 Desember 1940. Divisi ini juga dikenal sebagai Unit Manchuria ke-162.

Menurut Jin Shicheng, seorang peneliti di Ruang Pameran Barang Bukti Kejahatan yang Dilakukan oleh Unit 731 Tentara Kekaisaran Jepang, dokumen-dokumen tersebut menunjukkan bahwa pekerjaan orang-orang ini meliputi eksperimen dan produksi bakteri, pemberian makan hewan di laboratorium, pendidikan dan pelatihan, kesehatan dan pencegahan epidemi, dan sebagainya.

Dalam salah satu formulir itu, personel militer Jepang terlihat sedang melakukan operasi penangkapan tikus di Jiamusi, Heilongjiang, dan sejumlah tempat lainnya, yang membuktikan lebih lanjut peran Unit 731 dalam berbagai eksperimen terkait wabah.

Banner
Unit 731 adalah basis
Foto yang diabadikan pada 5 Juli 2024 ini menunjukkan selembar salinan formulir pendaftaran personel militer Jepang yang merinci pekerjaan mereka di Unit 731, unit perang kuman Jepang selama Perang Dunia II, di Ruang Pameran Barang Bukti Kejahatan yang Dilakukan oleh Unit 731 Tentara Kekaisaran Jepang di Harbin, Provinsi Heilongjiang, China timur laut. (Xinhua/Zhang Tao)

Unit 731 adalah basis penelitian perang biologis dan kimia yang sangat rahasia, yang didirikan di Harbin sebagai pusat kendali perang biologis Jepang di China dan Asia Tenggara selama Perang Dunia II.

Para korban, yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai “maruta”, atau batang kayu, secara sengaja diinfeksi dengan tifus, tifoid, kolera, antraks, dan penyakit menular, serta berbagai penyakit bakteri lainnya, untuk memenuhi tujuan menyempurnakan senjata biologis.

Formulir-formulir tersebut juga menunjukkan keterkaitan antara Unit 731 dengan sejumlah unit lainnya. Sebagai contoh, beberapa prajurit direkrut atas nama unit lain, dan dipindahkan ke Divisi Linkou setelah menerima pelatihan selama tiga bulan di Unit 731.

“Ini menunjukkan muslihat Unit 731, yang direkrut atas nama infanteri sebagai kamuflase atas kejahatan perangnya,” kata Jin.

Jin Shicheng, seorang peneliti di Ruang Pameran Barang Bukti Kejahatan yang Dilakukan oleh Unit 731 Tentara Kekaisaran Jepang, menunjukkan selembar salinan formulir pendaftaran personel militer Jepang yang merinci pekerjaan mereka di Unit 731, unit perang kuman Jepang selama Perang Dunia II, di Harbin, Provinsi Heilongjiang, China timur laut, pada 5 Juli 2024. (Xinhua/Zhang Tao)

Para ahli meyakini bahwa formulir-formulir tersebut memberikan bukti kunci untuk sebuah pemahaman yang komprehensif mengenai susunan Divisi Linkou, pemindahan mereka selama perang, dan kegiatan mereka pascaperang, serta mempunyai arti penting dalam memperluas pemahaman akademis dan perspektif penelitian mengenai isu Unit 731. Bukti baru tersebut kembali membuktikan bahwa invasi Jepang ke China merupakan kejahatan negara yang dilakukan secara sistematis, berskala besar, dan terorganisasi.

Berkas-berkas itu ditemukan di Arsip Nasional Jepang (National Archives of Japan). Salinan berkas-berkas tersebut dibawa kembali ke China pada 2022 setelah melalui sejumlah negosiasi dan diskusi.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan