Langkah awal akhiri krisis Ukraina masih butuh banyak upaya

Trump menginginkan AS mengontrol pembangkit listrik tenaga nuklir milik Ukraina, dengan menyebutnya sebagai langkah yang diperlukan untuk melindungi negara yang dilanda perang berkepanjangan itu.
Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) – Setelah sejumlah perundingan secara tentatif mulai mendapatkan momentum, resolusi damai untuk krisis Ukraina yang berkepanjangan tampaknya bukan lagi ilusi belaka.
Dalam beberapa hari terakhir, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan percakapan telepon secara terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Percakapan via telepon tersebut membuahkan hasil yang terbatas, seperti kesiapan untuk mengakhiri konflik dan penghentian serangan secara sementara terhadap fasilitas-fasilitas energi. Putin menuntut agar Kiev tidak bergabung dengan NATO, sedangkan Zelensky menekankan soal garis batas teritorial. Sementara itu, Trump menginginkan AS mengontrol pembangkit listrik tenaga nuklir milik Ukraina, dengan menyebutnya sebagai langkah yang diperlukan untuk melindungi negara yang dilanda perang berkepanjangan itu.

Meskipun masih banyak masalah yang harus diselesaikan, setidaknya perundingan awal tersebut dapat dipandang sebagai langkah awal untuk mengakhiri pertumpahan darah di medan perang.
Konflik mematikan itu, yang sudah berlangsung selama empat tahun, telah menimbulkan terlalu banyak kerugian dan penderitaan bagi kedua belah pihak, dan dunia terguncang oleh dampaknya.
Sekarang, ketika harapan untuk penyelesaian damai mulai menyingsing di cakrawala, lebih banyak upaya, terutama upaya yang bonafide, perlu dilakukan guna menjembatani perbedaan, membangun konsensus, dan menyusun solusi yang benar-benar meredakan masalah keamanan di semua pihak.
Jika tidak, maka akan terjadi pertumpahan darah lebih lanjut, kerugian yang lebih besar, perpecahan internasional yang lebih dalam, dan konsekuensi global yang lebih buruk lagi.
Laporan: Redaksi