Jakarta (Indonesia Window) – Pasukan Pemerintah Myanmar menyerbu sebuah desa kecil di barat laut, mengumpulkan warga sipil, mengikat tangan mereka dan kemudian membakar mereka hidup-hidup sebagai pembalasan atas serangan terhadap konvoi militer, menurut menurut Arab News, Kamis (9/12).

Sebuah video setelah serangan hari Selasa (7/12) menunjukkan tubuh hangus dari 11 korban, beberapa diyakini remaja, berbaring melingkar di tengah apa yang tampaknya seperti sisa-sisa gubuk di desa Done Taw di wilayah Sagaing.

Kemarahan menyebar ketika gambar-gambar grafis dibagikan di media sosial, mengindikasikan serangan militer terbaru yang semakin brutal dalam upaya untuk memadamkan perlawanan anti-pemerintah yang otoriter setelah pengambilalihan oleh tentara pada bulan Februari.

Human Rights Watch pada hari Kamis menyerukan komunitas internasional untuk memastikan bahwa komandan yang memberi perintah itu ditambahkan ke daftar sanksi yang ditargetkan, dan memotong sumber pendanaan apa pun untuk militer.

“Kontak kami mengatakan ini hanya anak laki-laki dan remaja yang merupakan penduduk desa yang ditangkap di tempat yang salah pada waktu yang salah,” kata juru bicara kelompok itu, Manny Maung. Dia menambahkan bahwa insiden serupa telah terjadi secara teratur, tetapi yang ini kebetulan tertangkap kamera.

“Insiden ini cukup berani, dan itu terjadi di daerah yang dimaksudkan untuk ditemukan, dan dilihat, untuk menakut-nakuti orang,” katanya.

Pemerintah telah membantah bahwa mereka memiliki pasukan di daerah itu.

Penggulingan militer dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi awalnya disambut dengan protes jalanan tanpa kekerasan, tetapi setelah polisi dan tentara merespons dengan kekuatan mematikan, kekerasan meningkat ketika penentang kekuasaan militer mengangkat senjata untuk membela diri.

Juru bicara organisasi tersebut, Dr. Sasa, mengatakan sebuah konvoi militer telah terkena bom pinggir jalan dan tentara membalas dengan menembaki Done Taw, kemudian menyerang desa, menangkap siapa pun yang dapat mereka tangkap. Dia mengatakan korban berusia antara 14 hingga 40 tahun.

Saksi yang berbicara kepada AP mengatakan sekitar 50 tentara berbaris ke desa Done Taw sekitar pukul 11 pagi hari Selasa, menangkap siapa saja yang tidak berhasil melarikan diri.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyatakan keprihatinan mendalam atas laporan “pembunuhan mengerikan 11 orang” dan mengutuk keras kekerasan semacam itu, dengan mengatakan “laporan yang dapat dipercaya menunjukkan bahwa lima anak termasuk di antara orang-orang yang terbunuh.”

Laporan: Raihana Radhwa

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan