Teknologi food chain reactor sebagian besar memangkas emisi polutan di pabrik pengolahan limbah itu, yang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan di bagian hilir Sungai Yangtze.
Chongqing, China (Xinhua) – Di sebuah pabrik pengolahan limbah di Kota Chongqing, China barat daya, berbagai tanaman akuatik tumbuh, menjadikannya terlihat seperti taman, sementara hampir tidak ada aroma tak sedap tercium di sana.
“Kami memperoleh manfaat dari teknologi pengolahan limbah reaktor rantai makanan (food chain reactor/FCR) asal Hongaria,” ujar Qi Yujiang, direktur teknis di pabrik pengolahan limbah Danau Caiyun. “FCR menggunakan metabolisme mikroorganisme dan tanaman akuatik dalam ekosistem untuk mengurai polutan pada limbah.”
Teknologi FCR sebagian besar memangkas emisi polutan di pabrik pengolahan limbah itu, yang mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan di bagian hilir Sungai Yangtze.
“Pabrik itu mulai dioperasikan pada Mei tahun ini dan merupakan program representatif dari kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) China-Hongaria,” tutur Mei Huiling, Direktur Pusat Alih Teknologi China-Hongaria (Chongqing), seraya menambahkan bahwa China dan Hongaria telah mengembangkan berbagai program kerja sama iptek dalam sejumlah bidang utama seperti pembangunan rendah karbon, material baru, dan obat-obatan.
‘Hijau’, ‘rendah karbon’, dan ‘berkelanjutan’ adalah beberapa kata kunci di Konferensi Sabuk dan Jalur Sutra tentang Pertukaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pertama yang digelar pada Senin (6/11) hingga Selasa (7/11) di Chongqing, yang menggaungkan tekad untuk menjadikan “hijau” sebagai ciri khas kerja sama di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI).
Menurut Laporan Pembangunan Jalur Sutra Inovatif yang dirilis di konferensi tersebut, China telah meluncurkan Inisiatif Kemitraan Sabuk dan Jalur Sutra untuk Pembangunan Hijau melalui kerja sama dengan lebih dari 30 negara dan membentuk Koalisi Pembangunan Hijau Internasional Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative International Green Development Coalition) dengan 40 lebih negara.
Banyak negara peserta pembangunan bersama BRI juga memperoleh manfaat dari teknologi China.
Di Uzbekistan, sebuah perangkat produksi PVC yang komprehensif dioperasikan untuk memproduksi bahan-bahan kimia.
“Teknologi yang kami kembangkan secara mandiri untuk membuat asetilena dari gas alam lebih bersih dan rendah karbon,” kata Xie Quanbing, seorang teknisi di Sinopec Chongqing SVW Chemical Co., Ltd.
Uzbekistan memiliki sumber daya gas alam yang kaya namun kurang didukung dengan beragam teknologi mutakhir dalam pemanfaatannya. Sejak dioperasikan, proyek itu telah mengurangi ketergantungan Uzbekistan terkait impor PVC dan soda api, serta menciptakan lapangan kerja baru, yang memiliki signifikansi besar terhadap pembangunan ekonomi negara tersebut.
“Berkat teknologi canggih dari China, kami telah memproduksi banyak produk kimia berkualitas tinggi. Hal ini tidak hanya menghadirkan manfaat ekonomi, tetapi juga mendorong pembangunan hijau dalam industri kami,” ujar Kamoliddin Asadov, wakil manajer umum kompleks produksi PVC di Navoi Nitrogen Fertilizer Company.
Laporan: Redaksi