Jakarta (Indonesia Window) – Pandemik virus corona telah melumpuhkan aktivitas seluruh masyarakat dunia. Penyebarannya tak lagi kenal batas geografi, ekonomi dan sosial.
Amerika Serikat dan beberapa negara maju di Eropa justru berada di 10 besar dengan kasus terbanyak di dunia.
Kecepatan pemerintah dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan pencegahan akhirnya menentukan jumlah kasus COVID-19 di suatu negara, disamping kepatuhan masyarakat dalam menjalankan rekomendasi para ahli dan pihak berwenang.
Taiwan, yang dapat dicapai dengan pesawat terbang dalam waktu 2,3 jam dari China, tempat pandemik ini bermula, menjadi contoh penanganan pandemik yang patut menjadi teladan.
Sejak dihantam oleh wabah SARS pada 17 tahun silam, Taiwan telah siap menghadapi ancaman penyakit menular yang setiap saat bisa muncul, menurut pernyataan Kantor Ekonomi dan Perdagangan Taipei (TETO).
Karenanya, saat wabah pneumonia baru pertama kali dikonfirmasi pada 31 Desember 2019, Taiwan mulai menerapkan karantina penerbangan langsung dari Wuhan pada hari yang sama.
Pada 2 Januari 2020, Taiwan membentuk tim tanggap untuk penyakit, dan mengaktifkan Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) pada 20 Januari sebagai entitas pemerintah level 3. Kedua organisasi tersebut kemudian ditingkatkan menjadi level 2 dan level 1, masing-masing pada 23 Januari dan 27 Februari.
CECC mampu mengintegrasikan sumber daya secara efektif dari berbagai kementerian dan bertanggungjawab sepenuhnya dalam penanggulangan epidemik.
Pada 9 April, Taiwan telah menguji 42.315 orang yang menunjukkan 380 kasus terkonfirmasi.
Dari jumlah tersebut, 54 di antaranya adalah kasus asli, 326 diimpor dan lima kematian. Sementara itu, 80 orang dikeluarkan dari rumah sakit setelah hasil uji menunjukkan negatif.
Meski secara geografi berada dekat dengan China, Taiwan berada di peringkat ke-123 di antara 183 negara dalam hal kasus per juta orang yang dikonfirmasi.
Hal tersebut menunjukkan keberhasilan dari upaya agresif Taiwan dalam mengendalikan epidemik.
Dinamis
Pernyataan TETO menyebutkan bahwa Taiwan telah mengimplementasikan rencana dinamis mengenai tindakan karantina perbatasan, termasuk karantina di dalam kapal, pemeriksaan demam, deklarasi kesehatan, dan karantina rumah selama 14 hari bagi penumpang yang datang dari negara yang terdaftar dalam kategori Peringatan Level 3.
Selain itu, Taiwan telah membangun sistem elektronik untuk karantina masuk yang memungkinkan penumpang dengan nomor ponsel lokal mengisi informasi kesehatan melalui gawai mereka.
Deklarasi kesehatan kemudian dikirimkan kepada mereka melalui pesan teks yang terhubung ke sistem manajemen dukungan perawatan masyarakat sehingga memungkinkan lembaga pemerintah menyediakan layanan perawatan dan bantuan medis.
Riwayat perjalanan setiap individu kini disimpan dalam kartu Asuransi Kesehatan Nasional (NHI) guna memperingatkan dokter tentang kemungkinan kasus dan mencegah penularan dari masyarakat.
Bagi mereka yang menjalani karantina atau isolasi di rumah, pemerintah Taiwan bekerja sama dengan operator telekomunikasi guna melakukan pelacakan GPS di lokasi mereka.
Pelanggar aturan karantina dikenakan denda atau penempatan wajib sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku guna mencegah penularan.
Laporan: Redaksi