Suriah dan Iran akan “diuntungkan dengan perubahan peta ekonomi dunia dan pergeseran keseimbangan secara bertahap ke bagian Timur, yang akan membebaskan perekonomian internasional dari dominasi Barat dan, sebagai akibatnya, blokade (sanksi ekonomi negara-negara Barat) secara bertahap akan kehilangan pengaruhnya.”
Damaskus, Suriah (Xinhua) – Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan Presiden Iran Ebrahim Raisi yang sedang berkunjung menandatangani nota kesepahaman (memorandums of understanding/MOU) pada Rabu (3/5) untuk “kerja sama jangka panjang dan komprehensif” di berbagai bidang, demikian dilaporkan kantor berita negara Suriah, SANA.
MOU tersebut mencakup kerja sama di banyak bidang, di antaranya adalah perminyakan, komunikasi, penerbangan sipil, perkeretaapian, dan pertanian.
Menyusul penandatanganan MOU, seperti dikutip dari pernyataan Assad, bahwa pembicaraan dengan Raisi sebagian besar berpusat pada isu-isu ekonomi. Assad mengatakan sejumlah proyek yang sedang dibahas akan memberikan dorongan kuat bagi hubungan bilateral dengan menyiapkan mekanisme pertukaran perdagangan dan investasi guna mengurangi dampak dari sanksi Barat.
Menurut Assad, kedua negara akan “diuntungkan dengan perubahan peta ekonomi dunia dan pergeseran keseimbangan secara bertahap ke bagian Timur, yang akan membebaskan perekonomian internasional dari dominasi Barat dan, sebagai akibatnya, blokade (sanksi ekonomi negara-negara Barat) secara bertahap akan kehilangan pengaruhnya.”
Sementara itu, Raisi mengatakan dirinya dan Assad membahas pengembangan hubungan bilateral di segala domain, seraya menekankan bahwa “kami bertekad untuk mengembangkan hubungan dengan semua negara kawasan.”
Raisi, yang merupakan presiden Iran pertama yang mengunjungi Suriah sejak konflik Suriah pecah pada 2011, memuji kemenangan Suriah yang dapat bangkit dari konflik selama 12 tahun.
Laporan: Redaksi