Situs Pishan di Provinsi Zhejiang, China timur, yang berusia 3.000 tahun saat ini merupakan situs arkeologi terbesar di Zhejiang yang menjadi lokasi keberadaan sisa-sisa peninggalan Dinasti Xia (2070-1600 SM) dan Dinasti Shang dari zaman China kuno.
Hangzhou, China (Xinhua) – Reruntuhan sebuah kompleks bangunan megah, termasuk situs ritual seluas 3.400 meter persegi, bengkel pembuatan tembikar, dan sejumlah relik, yang diyakini dibangun pada akhir era Dinasti Shang (1600-1046 SM) berhasil ditemukan di Provinsi Zhejiang, China timur.
Terletak di situs Pishan, Distrik Wuxing, Kota Huzhou, klaster permukiman tempat bangunan-bangunan itu ditemukan dikelilingi oleh parit yang melingkar. Situs tersebut sudah ada sejak sekitar 3.000 tahun yang lalu. Situs Pishan saat ini merupakan situs arkeologi terbesar di Zhejiang yang menjadi lokasi keberadaan sisa-sisa peninggalan Dinasti Xia (2070-1600 SM) dan Dinasti Shang dari zaman China kuno.
Klaster permukiman itu mencakup area dengan total luas sekitar 330.000 meter persegi. Benda-benda perunggu, tembikar, dan porselen primitif juga ditemukan di situs ini.
Penemuan baru tersebut berkontribusi dalam memberikan bukti fisik yang melimpah tentang pengaruh budaya Shang di wilayah selatan Sungai Yangtze. Bersama Reruntuhan Sanxingdui yang terkenal dan situs-situs lain di cekungan Sungai Yangtze, penemuan itu dapat membantu membuktikan bahwa para leluhur di daerah cekungan sungai tersebut menciptakan budaya regional yang beragam dan membuka jalan bagi periode perkembangan yang pesat pada masa itu, kata Luo Rupeng, seorang peneliti dari institut peninggalan budaya dan arkeologi Provinsi Zhejiang.
Bangunan-bangunan megah tersebut juga mengindikasikan bahwa situs Pishan dahulu merupakan pusat peradaban politik regional di cekungan Sungai Dongtiaoxi, sebuah sungai di daerah itu. Pengaruh pusat peradaban tersebut kemungkinan telah menyebar ke area yang lebih luas termasuk cekungan Danau Taihu, yang mungkin dapat dikonfirmasi melalui studi-studi lanjutan, ujar Xu Lianggao, seorang peneliti dari Institut Arkeologi di Akademi Ilmu Sosial China.
Laporan: Redaksi