Situasi di Suriah kacau dan mudah berubah-ubah, dengan lebih dari 16 juta orang di negara itu membutuhkan bantuan.
PBB (Xinhua/Indonesia Widow) – Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (9/12) mendeskripsikan situasi di Suriah sebagai kacau dan mudah berubah-ubah, dengan lebih dari 16 juta orang di negara itu membutuhkan bantuan.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa jumlah orang yang mengungsi dari rumah mereka di wilayah barat dan barat laut saja mencapai 1 juta orang dari 28 November hingga 8 Desember. “Lebih banyak tempat penampungan, makanan, dan fasilitas sanitasi menjadi kebutuhan yang mendesak.”
OCHA menyebutkan bahwa warga yang mengungsi baru-baru ini sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak dari kegubernuran Aleppo, Hama, Homs, dan Idlib. Situasinya terus berubah-ubah, dengan adanya laporan bahwa makin banyak orang kembali ke rumah mereka dalam beberapa hari terakhir. Rute transportasi terganggu, sehingga membatasi pergerakan masyarakat, barang, dan bantuan kemanusiaan.
OCHA juga menyampaikan bahwa tercatat sejumlah laporan tentang penjarahan terhadap properti sipil dan pabrik, serta gudang-gudang yang menyimpan pasokan kemanusiaan.
“Meski menghadapi berbagai tantangan dan ketidakstabilan situasi, kami bersama mitra-mitra kami akan terus menyalurkan bantuan darurat,” sebut OCHA.
Selain itu, OCHA mengatakan bahwa di Suriah barat laut, semua organisasi kemanusiaan di Idlib dan Aleppo utara telah melanjutkan kembali operasi rutin mereka, sementara tiga perlintasan perbatasan dari Turkiye yang digunakan untuk mengirimkan bantuan ke Suriah juga tetap dibuka.
“Di wilayah timur laut, kami menyediakan pasokan bagi mereka yang mengungsi dari Aleppo baru-baru ini,” kata OCHA. “Di Aleppo, kami menyalurkan bantuan dasar, termasuk makanan, layanan kesehatan dan gizi, serta dukungan terhadap akses air bersih.”
Kendati demikian, OCHA menyebutkan bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan sudah kewalahan, dengan rumah sakit-rumah sakit besar beroperasi dalam kapasitas terbatas akibat kekurangan staf, obat-obatan, dan persediaan.
“Mitra-mitra kesehatan kami terus memberikan layanan penting di daerah-daerah yang terdampak, termasuk menyediakan perlengkapan perawatan trauma,” sebut OCHA. “Mereka juga telah mengerahkan unit-unit medis di pusat-pusat penerimaan dan sekolah-sekolah di seluruh Raqqa, Tabqa, dan Al-Hasakeh.”
Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) mengerahkan tim-tim keliling dan mendirikan klinik-klinik tetap di Homs. Di Suriah barat laut, keseluruhan 24 fasilitas kesehatan yang menghentikan operasi mereka telah kembali beroperasi baru-baru ini, meski yang lainnya masih belum berfungsi.
“Suriah sedang berada di persimpangan antara perdamaian dan perang, stabilitas dan pelanggaran hukum, rekonstruksi atau kehancuran lebih lanjut,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) Filippo Grandi dalam sebuah pernyataan.
“Ada kesempatan luar biasa bagi Suriah untuk bergerak menuju perdamaian dan bagi rakyatnya untuk mulai kembali ke rumah. Namun, karena situasi yang belum pasti, jutaan pengungsi masih berhati-hati mengevaluasi seberapa aman bagi mereka untuk melakukannya. Beberapa di antaranya sangat ingin melakukannya, sementara yang lainnya ragu-ragu,” tutur Grandi.
“Saran UNHCR adalah untuk tetap fokus pada isu kembali ke rumah,” lanjutnya. “Kesabaran dan kewaspadaan akan diperlukan, dengan harapan bahwa perkembangan di lapangan akan berubah secara positif, sehingga pada akhirnya proses kepulangan bisa terjadi secara sukarela, aman, serta berkelanjutan, dan para pengungsi dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang benar.”
Grandi menuturkan bahwa karena situasi berubah-ubah, UNHCR akan memantau berbagai perkembangan, terlibat dengan komunitas-komunitas pengungsi dan negara-negara pendukung dalam setiap proses kepulangan sukarela yang terorganisasi.
Sejumlah pendapat terpantau di negara-negara penampung pengungsi, yang memaksa para pengungsi kembali ke rumah mereka di Suriah karena pemerintahan Bashar al-Assad telah runtuh pascaserangan besar-besaran yang dilakukan oleh kelompok-kelompok militan.
Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyampaikan bahwa PBB meminta para donor agar memastikan UNHCR dan mitra-mitranya memiliki sumber daya untuk merespons dengan cepat dan efektif, termasuk di negara-negara tetangga Suriah yang masih menampung jutaan pengungsi.
“Negara-negara ini membutuhkan bantuan internasional untuk mempertahankan solidaritas dan kedermawanan yang luar biasa,” kata Dujarric. “Sumber-sumber daya harus disediakan sefleksibel mungkin agar bantuan dapat diberikan kepada yang paling membutuhkan.”
Laporan: Redaksi