Banner

Feature – Menjelajahi tempat bersejarah komunitas Tionghoa Benteng

Elsa Novia Sena memberikan penjelasan tentang beberapa lokasi bersejarah masyarakat Tionghoa Benteng kepada peserta walking tour di Kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang, pada Sabtu (23/12). (Xinhua/Abdul Azis Said)

Sejarah masyarakat Tionghoa Benteng konon tidak lepas dari kedatangan pelaut China ke wilayah Teluk Naga yang terletak di utara Kota Tangerang pada awal abad ke-15 yang akhirnya menetap dan menikah dengan masyarakat setempat.

 

Jakarta (Xinhua) – Elsa Novia Sena telah memandu lebih dari 100 wisatawan untuk mengunjungi sejumlah tempat bersejarah masyarakat Tionghoa Benteng di Kota Tangerang melalui program walking tour atau wisata berkeliling dengan berjalan kaki. Inisiatif ini bertujuan untuk melestarikan budaya leluhurnya yang telah hadir di wilayah tersebut sejak ratusan tahun lalu.

Banner

Sabtu (23/12) pekan lalu merupakan hari terakhir program walking tour yang digelar Elsa tahun ini. Antusiasme peserta cukup tinggi, dengan lebih dari 20 orang mulai dari usia remaja hingga dewasa yang mendaftarkan diri untuk mengikuti program wisata itu, mungkin salah satu alasannya karena libur panjang Natal dan Tahun Baru.

Titik awal perjalanan dimulai dari Stasiun Tangerang, yang dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar lima menit menuju Tugu Jam Argo Pantes di Kawasan Pasar Lama Tangerang. Tugu ini memiliki sejarah panjang sebagai titik kumpul bagi karyawan perusahaan pabrik Argo Pantes yang menunggu jemputan pada tahun 1970-an.

Berjarak sekitar 140 meter, Elsa memperkenalkan Museum Benteng Heritage yang menyimpan kisah sejarah komunitas Tionghoa di Kota Tangerang yang dulu juga dikenal sebagai Kota Benteng. Perjalanan berlanjut ke titik bersejarah lainnya, seperti Toa Pekong Air yang berada tepat di tepi Sungai Cisadane, kemudian melihat arsitektur rumah khas Tionghoa Benteng, lalu diakhiri dengan kunjungan ke Boen Tek Bio, klenteng tertua di Tangerang, dengan lama waktu perjalanan berkeliling sekitar dua jam.

Banner
Sejarah masyarakat Tionghoa Benteng
Elsa Novia Sena memberikan penjelasan tentang beberapa lokasi bersejarah masyarakat Tionghoa Benteng kepada peserta walking tour di Kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang, pada Sabtu (23/12). (Xinhua/Abdul Azis Said)

Perempuan yang juga berprofesi sebagai content creator dengan puluhan ribu pengikut di media sosial itu memulai inisiatif program walking tour sejak pertengahan September lalu. Sejak saat itu, Elsa telah 14 kali mengadakan perjalanan wisata dengan total peserta diperkirakan lebih dari 100 orang.

“Tujuannya untuk menunjukkan lebih banyak lokasi bersejarah di Kota Tangerang, sekaligus memperkenalkan budaya masyarakat Tionghoa Benteng kepada lebih banyak orang,” ujarnya.

Mayoritas peserta tur merupakan masyarakat luar Tangerang yang bukan keturunan Tionghoa Benteng. Namun, Elsa beberapa kali juga memandu peserta lokal dari keturunan Tionghoa Benteng yang tertarik untuk mengenal lebih dalam budaya leluhurnya.

Banner
Elsa Novia Sena memberikan penjelasan tentang beberapa lokasi bersejarah masyarakat Tionghoa Benteng kepada peserta walking tour di Kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang, pada Sabtu (23/12). (Xinhua/Abdul Azis Said)

Sejarah panjang masyarakat Tionghoa Benteng konon tidak lepas dari kedatangan pelaut China ke wilayah Teluk Naga yang terletak di utara Kota Tangerang pada awal abad ke-15 yang akhirnya menetap dan menikah dengan masyarakat setempat. Meski banyak masyarakat keturunan Tionghoa Benteng tak lagi fasih berbahasa Mandarin, mereka tetap melestarikan budaya leluhur, yang salah satunya terlihat dalam tradisi pernikahan Cio Tao.

Salah satu peserta tur bernama Tia, seorang mahasiswi berusia 19 tahun, mengaku sangat tertarik untuk mengetahui lebih dalam sejarah kebudayaan masyarakat Tionghoa Benteng. Kegiatan tur ini sekaligus mengisi waktu luang selama masa libur perkuliahan.

“Saya dan teman-teman sering ke daerah Pasar Lama Tangerang, tetapi hanya untuk mencari kuliner. Selama ini kami tidak tahu ternyata banyak peninggalan bersejarah masyarakat Tionghoa Benteng di kawasan tersebut,” ujarnya di sela-sela perjalanan.

Banner

Salah satu tempat yang paling dia sukai selama tur itu adalah Klenteng Boen Tek Bio karena memiliki arsitektur yang menarik. Perempuan asal Cikupa, Kabupaten Tangerang, itu juga mendapatkan pengetahuan baru tentang perbedaan kasta masyarakat Tionghoa Benteng pada masa lampau berdasarkan bentuk atap rumah.

Cerita menarik juga datang dari Dendi, seorang pekerja swasta asal Jakarta yang mengikuti tur untuk mengisi masa liburan menjelang Natal sekaligus mengulik sejarah yang menurutnya belum diketahui banyak orang. Dendi antusias memotret setiap sudut bangunan bersejarah peninggalan masyarakat Tionghoa Benteng, salah satunya Roemah Boeroeng yang bergaya khas Tionghoa dengan sedikit campuran gaya arsitektur khas kolonial Belanda.

Kedatangan ratusan turis lokal ke Kawasan Pasar Lama ini tidak hanya berdampak positif terhadap pelestarian sejarah dan budaya, tetapi juga bagi perekonomian. Menurut Elsa, beberapa peserta biasanya berbelanja jajanan lokal di pinggir jalan yang dijual oleh masyarakat di sekitar pasar, termasuk oleh-oleh legendaris Dodol Ny. Lauw.

Banner

Elsa berharap program ini semakin berkembang pada tahun depan dengan menambah lebih banyak pemandu dari yang saat ini hanya dia seorang diri. Tahun depan, Elsa juga berencana kembali menggelar tur kota, dengan durasi jelajah lebih lama dan menawarkan lebih banyak destinasi.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan