Banner

Rusia buat bahan anti-kanker diekstrak dari daun pohon sawo

Salah satu genus Manilkara yang ditemukan di Indonesia adalah Manilkara zapota atau dikenal sebagai buah sawo. (sarangib on Pixabay)

Jakarta (Indonesia Window) – Para ilmuwan dari Universitas Sains dan Teknologi Nasional MISiS (NUST MISIS) Rusia, sebagai bagian dari kelompok peneliti internasional, telah mensintesis bahan baru dengan sifat antibakteri dan anti-kanker yang unik.

Menurut penulis penelitian, bahan baru ini sangat menjanjikan untuk digunakan dalam biomedis. Hasilnya dipublikasikan di International Journal of Materials Chemistry and Physics.

Para peneliti dari NUST MISIS telah mengembangkan teknologi untuk menghasilkan nanorods (NRs) seng oksida (ZN). Bahan ini memiliki sifat unik, yakni tidak beracun, dan memiliki aktivitas fotokatalitik dan antioksidan yang tinggi.

Para ilmuwan menguji aktivitas bahan terhadap berbagai bakteri patogen, seperti bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus. Mereka juga mempelajari aktivitas anti-kanker dari nanorod yang disintesis menggunakan tes kolorimetri untuk menentukan aktivitas metabolisme sel.

Untuk mengembangkan bahan baru, penulis menggunakan fitokimia yang berasal dari ekstrak daun Manilkara littoralis, tanaman dalam famili Sapotaceae yang ditemukan di hutan tropis. Manilkara littoralis adalah pohon cemara atau gugur besar dengan getah susu, kadang-kadang semak, berjumlah sekitar 70 spesies.

Banner

Salah satu genus Manilkara yang ditemukan di Indonesia adalah Manilkara zapota atau dikenal sebagai buah sawo.

“Sebagian besar metode yang digunakan untuk mensintesis bahan nano semacam itu mahal atau melibatkan penggunaan bahan beracun, yang berdampak negatif pada manusia dan lingkungan. Kami telah menerapkan sintesis ‘hijau’ menggunakan bahan yang murah dan ramah lingkungan”, kata Evgeny Kolesnikov, seorang insinyur di Departemen Nanosystems Fungsional dan Material Suhu Tinggi NUST MISIS.

Untuk menyiapkan ekstrak, para ilmuwan memanen daun muda M. littoralis dari hutan hujan di Kepulauan Andaman dan Nicobar di India. Daun kemudian dicuci, dikeringkan, digerus, dan ekstrak dibuat pada suhu 80 derajat Celsius.

“Kami menggunakan ekstrak ini sebagai penstabil dalam sintesis nanorods seng oksida, di mana ia bertindak sebagai oksidator/pereduksi dalam dekomposisi asetat. Hasilnya, kami dapat mengembangkan cara alternatif untuk memproduksi obat anti-kanker dan antibakteri,” jelas Kolesnikov.

Menurutnya, di masa depan para peneliti di NUST MISIS berencana untuk mengembangkan metode “hijau” dalam mensintesis nanomaterial untuk aplikasi biomedis dan memperluas daftar material yang dihasilkan dalam hal komposisi, struktur, dan morfologi di bawah program Priority 2030.

Teknologi sintesis baru itu akan secara signifikan memperluas kegunaan bahan yang disintesis sambil memastikan bahwa bahan tersebut aman bagi manusia dan lingkungan.

Banner

Sumber: Sputnik news

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan