Taroko, Taiwan (Indonesia Window) – Pada 1949 sekitar dua juta orang China yang sebagian besar merupakan tentara tiba di Taiwan.
Banyak dari veteran perang tersebut ditempatkan di rumah-rumah yang dibangun apa adanya dengan material sangat sederhana, membentuk perkampungan veteran yang tersebar di seluruh Pulau Formosa.
Salah satu perkampungan veteran itu terletak sekitar delapan kilometer dari pusat Kota Taichung.
Menurut pemandu wisata dari Biro Pariwisata pada Kementerian Transportasi dan Komunikasi Taiwan, Luke Lu, sekira 20 tahun lalu para veteran yang menempati perkampungan tersebut mulai dipindahkan ke rumah susun yang disediakan oleh pemerintah.
“Satu per satu rumah di kampung ini dirubuhkan karena lahannya akan dibangun bangunan baru. Para veteran dan keluarga mereka pindah ke rumah baru yang dibeli dengan harga subsidi dari pemerintah hingga 50 persen,” jelas Luke saat memandu beberapa wartawan Indonesia yang diundang oleh Pemerintah Taiwan guna menikmati wisata Pulau Formosa yang ramah Muslim selama 7 hingga 12 Februari.
Namun, lanjut dia, ada seorang veteran yang tidak ikut pindah dari kampung tersebut.
“Dia mulai menggambar tembok-tembok rumah di kampung itu. Gambarnya bagus-bagus, padahal dia bukan pelukis dan tidak pernah belajar melukis,” ujar Luke.
“Instagramable”
Namanya Huang Yung-fu. Dialah veteran terakhir yang keluar dari perkampungan itu dengan meninggalkan lukisan penuh warna berbentuk kelinci, kucing, astronot, pesawat terbang, dan banyak gambar lainnya yang mirip dengan karakter di film-film kartun anak-anak.
Seluruh karakter di tembok-tembok bekas rumah para veteran itu digambar dengan berbagai warna yang mencolok, sehingga mengubah perkampungan veteran yang dulu merupakan daerah kumuh di Taichung menjadi Rainbow Village atau Kampung Pelangi dan kini selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan.
Huang Yung-fu pun akhirnya dijuluki Rainbow Grandpa atau Kakek Pelangi.
Memang, sebagai lokasi wisata di Taichung, Rainbow Village tidak begitu luas. Namun, setiap sudut di tempat ini sangat menarik untuk menjadi lokasi pemotretan yang “instagramable” alias layak untuk diunggah di media sosial.
Semenjak Kampung Pelangi semakin dikenal sebagai tujuan wisata yang tidak dipungut biaya masuk, pemerintah setempat membatalkan rencana penggusuran itu.
Rumah-rumah veteran, termasuk yang dimiliki oleh Huang Yung-fu, tetap dipertahankan dan kini difungsikan untuk fasilitas umum seperti kedai, toko cinderamata dan butik.
Laporan: Redaksi