Jakarta (Indonesia Window) – Sebanyak 40 persen potensi panas bumi dunia ditemukan di Indonesia, namun sejauh ini baru 4-5 persen yang telah dieksploitasi untuk kebutuhan listrik masyarakat.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral FX Sutijastoto mengatakan pengembangan tenaga panas bumi merupakan investasi yang berisiko, terutama pada tahap eksplorasi dan tidak ada lembaga keuangan yang memberi pendanaan pada tahap awal tersebut.
Kendala dana tersebut kini telah teratasi dengan adanya hibah sebesar 127,5 juta dolar AS dari Green Climate Fund dan Clean Technology Fund yang merupakan Lembaga pendukung pembangunan ramah lingkungan, sebut Jaringan Pemberitaan Pemerintah (JPP) yang dikutip di Jakarta, Ahad.
Melalui proyek Geothermal Resource Risk Mitigation (GREM) atau Mitigasi Risiko Sumberdaya Panas Bumi, pinjaman itu akan membantu pengembang, baik sektor publik maupun swasta, dalam mengurangi risiko eksplorasi sumber daya panas bumi termasuk menutup sebagian biaya jika eksplorasi gagal.
“Kami menyambut baik fasilitas GREM, yang khusus mendanai aktivitas eksplorasi dan memberi instrumen untuk membagi risiko. Proyek ini akan membantu menjawab tantangan besar pendanaan eksplorasi yang akan berkontribusi pada keberhasilan pengembangan tenaga panas bumi di Indonesia,” kata Sutijastoto.
Biaya pengeboran eksplorasi untuk energi ini relatif kecil dibanding total biaya pengembangan tenaga panas bumi.
Namun, ini adalah fase paling berisiko karena pengembang sering sulit memperoleh modal awal yang mungkin tidak akan memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan jika pengeboran menunjukkan bahwa sumber daya panas bumi tidak layak secara ekonomi.
“Untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 memerlukan kontribusi dari pengembangan panas bumi sekitar tujuh persen atau setara 7.000 megawatt (MW). Ini merupakan pembangunan skala besar dan ambisius dengan total nilai investasi sebesar 35 miliar dolar AS,” jelas Sutijastoto.
Dari total kapasitas daya terpasang nasional, 88 persen bersumber dari bahan bakar fosil dan 12 persen berasal dari energi terbarukan.
Sejauh ini Indonesia memiliki 1,9 gigawatt tenaga panas bumi terpasang dan berencana untuk mengembangkan 4,6 gigawatt.
Laporan: Redaksi