Ilmuwan China temukan ‘efek roket’ yang dorong pergerakan bongkahan batu di permukaan komet

Pergerakan mendadak dari sebuah bongkahan batu di permukaan komet dikaitkan dengan fenomena yang dikenal sebagai ‘efek roket’, yang diakibatkan oleh semburan es volatil asimetris di dalam bongkahan batu tersebut.
Shanghai, China (Xinhua/Indonesia Window) – Ilmuwan China mengaitkan pergerakan mendadak dari sebuah bongkahan batu di permukaan komet dengan fenomena yang dikenal sebagai ‘efek roket’, yang diakibatkan oleh semburan es volatil asimetris di dalam bongkahan batu tersebut.
Temuan itu, yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, didasarkan pada data yang didapatkan oleh misi Rosetta Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) dalam aktivitas penerbangan di ketinggian rendah (close flyby) dan pengamatannya terhadap komet 67P selama dua tahun dari 2014 hingga 2016.
Pada 2015, wahana antariksa Rosetta milik ESA mendeteksi bongkahan batu tersebut bergeser sekitar 140 meter ke utara di dekat perihelion komet. Sebuah tim yang dipimpin oleh Shi Xian dari Observatorium Astronomi Shanghai di Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS) menganalisis gambar beresolusi tinggi dan data termal, kemudian menyimpulkan bahwa sublimasi es volatil yang tidak merata di dalam bongkahan batu tersebut menghasilkan daya dorong, yang mendorongnya melintasi permukaan.
Bagian utama komet adalah inti atau nukleus. Saat berada jauh dari matahari, komet hanyalah nukleus. Saat mendekati matahari, es di dalam nukleus atau inti komet mengalami sublimasi, membawa debu hingga membentuk koma di sekitar inti komet dan meninggalkan jejak ekor di belakangnya.
Dengan menganalisis sejarah termodinamika bongkahan batu itu dan area di sekitarnya, tim peneliti menemukan asimetri dalam akumulasi panas di sisi utara dan selatan batu itu. Saat bergerak, suhu bagian dalam di sisi selatan mencapai puncaknya, sementara sisi utara tetap memiliki suhu dingin yang tak biasa.
Berdasarkan temuan ini, para peneliti merumuskan mekanisme baru terkait pergerakan bongkahan batu, yakni es volatil di dalam bongkahan batu mengalami ledakan hebat di satu sisi akibat pemanasan asimetris. Proses ini menciptakan ‘efek roket’, yang menghasilkan net thrust yang diarahkan ke bawah di sepanjang lereng utara, yang memicu pergerakan jarak jauh bongkahan batu.
Tim itu juga menyusun secara terperinci kronologi aktivitas dan perubahan di lokasi bongkahan batu itu bergerak. Mereka menyadari bahwa selama dan setelah pergerakan batu itu, sering terjadi semburan debu di dekatnya pada malam hari, yang kemungkinan terjadi karena pergerakan batu besar itu mengekspos lapisan es di bawahnya.
Sebagai sisa-sisa tata surya purba, komet memberikan banyak informasi tentang tahap awal tata surya, menjadikannya sebagai subjek penting untuk mempelajari pembentukan dan evolusi sistem planet, kata Shi.
“Seiring berjalannya penelitian kami, kami menemukan keberagaman aktivitas komet yang tidak terduga. Memahami mekanisme di baliknya dapat membantu kami mengungkap misteri evolusi tata surya dan asal-usul kehidupan,” tambah Shi.
Laporan: Redaksi