Banner

ADB proyeksikan perekonomian berkembang di Asia dan Pasifik tumbuh 4,9 persen pada 2024 dan 2025

Seorang pedagang menunggu pembeli di dalam kiosnya di sebuah pasar di Quezon City, Filipina, pada 11 April 2024. (Xinhua/Rouelle Umali)

Perekonomian Asia dan Pasifik tetap kuat, dengan tingkat pertumbuhan perekonomian-perekonomian berkembang di kawasan itu diproyeksikan mencapai 4,9 persen pada 2024 dan 2025.

 

Manila, Filipina (Xinhua) – Perekonomian Asia dan Pasifik tetap kuat, dengan tingkat pertumbuhan perekonomian-perekonomian berkembang di kawasan itu diproyeksikan mencapai 4,9 persen pada 2024 dan 2025, demikian menurut paparan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) pada Kamis (11/4) dalam laporan proyeksi terbarunya.

Meskipun terdapat ketidakpastian di lingkungan eksternal, termasuk meningkatnya ketegangan geopolitik, proyeksi itu “secara umum positif,” ujar ADB dalam laporan proyeksi utama tahunan.

Berakhirnya siklus kenaikan suku bunga di sebagian besar perekonomian, serta berlanjutnya pemulihan ekspor barang dari peningkatan siklus semikonduktor, akan mendukung pertumbuhan, kata Kepala Ekonom ADB Albert Park dalam laporan tersebut.

Pertumbuhan yang lebih kuat di Asia Selatan dan Asia Tenggara akan memimpin kinerja kawasan ini, kata laporan tersebut, seraya mendesak para pembuat kebijakan untuk meningkatkan ketahanan dengan terus meningkatkan perdagangan, investasi lintas batas, dan jaringan suplai komoditas.

Banner

Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa inflasi di perekonomian-perekonomian berkembang di kawasan itu diproyeksikan akan terus menurun secara bertahap, dari 3,3 persen pada 2023 menjadi 3,2 persen pada 2024, dan selanjutnya menjadi 3 persen pada 2025.

Sementara itu, laporan tersebut memperingatkan adanya berbagai tantangan di kawasan itu, menyoroti kerentanan kawasan itu terhadap ketegangan geopolitik dan konflik yang dapat mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan tekanan inflasi.

Utang publik telah stabil di banyak perekonomian menyusul stimulus terkait pandemik, tetapi tingkat utang masih lebih tinggi daripada sebelum pandemik, imbuh laporan tersebut.

“Tingginya suku bunga dan lambatnya pendapatan terus menjadi tantangan bagi keuangan publik di seluruh kawasan itu,” ujar Presiden ADB Masatsugu Asakawa.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan